#2 2017: Tahun Banyak Target dan Penuh Harapan

Monday, January 02, 2017


Dua hal tentang 2017: tahun penuh harapan dan tahun banyak target. Banyak sekali target yang terancang di tahun ini. Entah target pribadi atau target organisasi. Terlebih di lima bulan awal tahun 2017 ini. 

Target pribadi pertama yaitu skripsi. Telah kurancang sedemikian rapi. Bulan Januari ini harus selesai mewawancarai tiga sampai lima subjek. Kalau bisa sekalian mencicil verbatim--mentranskrip wawancara. Kalau bisa sekalian mencicil analisis dari wawancara tersebut. Lalu di bulan Februari menyelesaikan bab 4 dan bab 5. Pertengahan bulan Maret sidang skripsi. Bulan April mengurus yudisium. Bulan Mei wisuda. Ya, semuanya terlihat begitu terencana. Terlihat begitu rapi dan indah. Namun, entah apa yang akan terjadi nanti. Terkadang aku merasa terlalu ambisius, terlalu mengejar wisuda di bulan Mei. Padahal terkadang aku takut itu hanya target yang tidak terlaksana. Hanya target yang terlihat indah untuk dibaca, tetapi nyatanya ketika dilakukan penuh rintangan. Salah satu motivasi terbesar untuk wisuda di bulan Mei adalah agar aku tidak membayar UKT. Beasiswaku akan habis di semester 8, otomatis jika di semester 9 aku belum lulus, aku harus membayar UKT. Padahal hampir 8 semester ini sudah begitu nyaman tidak membayar UKT. Entahlah, ini motivasi yang benar atau salah, yang pasti aku tidak ingin merepotkan orangtuaku lagi. 

Beberapa hari ini juga aku jadi terpikir kalau aku lulus nanti akan ke mana? Tetap di Jogja, pulang ke Purwokerto, atau berkelana ke tempat yang lain? Ah, tapi pikiran ini terlalu visioner, padahal skripsiku saja belum selesai kukerjakan. 

Target pribadi kedua yaitu membuat antologi tulisanku dari blog dan Tumblr. Rencananya bulan ini aku ingin mengumpulkan tulisan yang akan kubukukan. Akan tetapi, setelah kemarin membaca ulang tulisanku, rasa-rasanya masih kurang pantas kalau dibukukan. Setelah terkumpul baru di-layout oleh adik angkatanku yang pernah satu organisasi denganku di BPPM. Dan terakhir dibuat ilustrasi isi buku itu dan desain kovernya oleh teman lesku saat SMA. Jika semua itu selesai di bulan Februari, rencananya akan kucetak di bulan Maret. Apakah buku ini akan dijual? Tidak. Lalu? Lihat saja nanti. Target pribadi ketiga juga membuat antologi prosa+puisi, karya kolaborasi dengan seseorang. Semoga dua antologi itu dapat segera dikerjakan dan diselesaikan.

Sementara target organisasi sebenarnya tidak jauh dari target pribadi, yaitu membuat antologi cerita pendek bersama anak-anak FLP 17 juga membuat majalah yang sama-sama ditargetkan terbit di bulan Maret. Sepertinya tahun 2017 ini target pribadi dan target organisasiku banyak berhubungan dengan dunia tulis-menulis. Belum lagi di tahun ini ada gebrakan baru di Pijar Psikologi--yang aku sendiri belum tahu apa. 

Selain tahun banyak target, tahun 2017 ini juga tahun penuh harapan. Salah satu harapanku adalah semua yang ditargetkan dapat diselesaikan sesuai targetnya. Harapanku lainnya adalah lambungku bisa terus membaik sehingga aku dapat makan mie, sambal, coklat, dan minum kopi. Sudah lama sekali tidak mengonsumsi itu. Walau jauh di lubuk hatiku, aku merasa takut usiaku tidak mencapai 22, usiaku berhenti di angka 21. Aku sangat percaya dengan takdir Allah dan sejujurnya aku takut terlebih dahulu berjodoh dengan kematian. Karena aku sangat yakin tidak seorang pun yang tahu Allah akan lebih dulu menjodohkan kita dengan manusia atau kematian. 

Ketakutan itu semakin tumbuh tepat saat lambungku mulai memberontak. Saat aku mulai bolak-balik ke rumah sakit. Saat aku mulai sering minum obat--yang terkadang seperti plasebo karena tidak berpengaruh signifikan. Terlebih kata seorang teman, penyakit ini tidak dapat disembuhkan 100%, bersifat kambuhan. Ya, walau begitu, yang bisa dilakukan sekarang hanya ber-ikhtiar, banyak-banyak bersabar dan bersyukur. "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu,"(Q.S. Ali Imran ayat 200). 

Harapan lainnya aku ingin mandiri secara finansial setelah lulus nanti. Entah menjadi freelancer atau mencari pekerjaan tetap. Dan sepertinya aku masih ingin menjadi jurnalis. Salah satu mimpi terbesarku di dunia jurnalistik adalah bagaimana agar orang-orang tidak lagi meragukan kebenaran suatu berita, tidak usah bertanya-tanya lagi apakah ini berita sungguhan atau hanya hoax, dan ingin agar suatu media itu benar-benar bebas dari kepentingan pribadi siapapun. Walau kutahu itu sangat sulit. Selain itu aku ingin mengambil S2, agar aku bisa menjadi psikolog. Entah nantinya mengambil psikolog klinis, perkembangan anak...atau mungkin positive psychology? Ingin juga mengambil S2 di Komunikasi yang berhubungan dengan kemediaan. Ah, sepertinya keinginanku terlalu banyak. 

Tapi kuyakin, harapan itu pasti tetap ada. Dan harus ada.

No comments:

Powered by Blogger.