#17 Kehilangan: 'to Allah We Belong and We Shall Return'

Saturday, December 17, 2016


Kehilangan, bagi setiap orang pasti merupakan sesuatu yang menyedihkan. Saat orang yang sering bersama kita, tiba-tiba tidak lagi di samping kita. Saat orang yang saling bertukar cerita dengan kita, tidak lagi bisa saling berbagi cerita. Saat orang yang menjadi tempat kita berkeluh kesah, tidak lagi bisa menjadi tempat penampung keluh kesah. 

Kehilangan, dalam bentuk apapun pasti selalu menyimpan sisi menyedihkan. Baik saat orang yang meninggalkan kita masih ada di dunia, atau sudah kembali kepada Allah. Mungkin sama seperti kebanyakan orang, aku pernah merasakan keduanya. Ditinggal sahabat saat SD, ditinggal seseorang yang-tidak-boleh-disebut-namanya, dan ditinggal beberapa orang yang kembali kepada Allah. Dan kehilangan orang yang kembali kepada Allah menjadi jenis kehilangan yang paling menyedihkan. Sebab kita tidak lagi dapat bertemu dengannya di dunia ini. 

Sejauh ini, kehilangan orang yang paling menyedihkan bagiku yaitu saat nenek dari Ibu meninggal dan mamanya sahabatku meninggal. Saat itu, keluargaku sedang dirundung kesedihan berturut-turut. Seingatku, saat itu tanggal 26 Agustus 2011, saat aku sedang buka bersama dengan teman-teman SMA-ku. Tiba-tiba ponselku berdering, saudaraku yang menelpon. Mengabarkan kalau adiknya nenekku--yang rumahnya berada persis di depan rumahku--meninggal. Tiga hari setelahnya giliran nenekku yang meninggal. Tepat saat Ibu selesai menyiapkan sahur, Ibu ke kamar nenek dan ternyata nenek sudah tidak ada. Aku membeku di depan kamar nenek, kaget sekaligus sedih. Beberapa saat kemudian, ketika hampir seluruh anggota keluarga besar datang, aku tidak kuasa menahan air mata. 

Kehilangan kedua yang paling menyedihkan saat mamanya sahabatku kembali kepada Allah. Sejak SMA, rumahnya sahabatku sering menjadi tempat transitku untuk menunggu jemput. Jadi, tidak heran jika aku cukup dekat dengan keluarganya, apalagi mamanya. Walau terkadang hanya menegur sapa atau bertanya tentang hal-hal akademik. Sahabatku dan mamanya pun pernah beberapa kali berkunjung ke rumahku. Saat sahabatku mengabarkan mamanya meninggal, reaksiku sama seperti saat nenekku meninggal. Kaget sekaligus sedih. Saat aku menghadiri pemakamannya mamanya sahabatku, aku tidak kuasa menahan air mata. Terlebih saat sahabatku memelukku dan seketika menangis karena mamanya meninggal. Hal lain yang membuatku sedih saat sahabatku mengatakan kalau mamanya pernah menanyakan keberadaanku saat mamanya sedang opname. Seketika muncul rasa sesal di benakku. 

Kehilangan, terlebih karena orang yang meninggalkan kita kembali kepada Allah, Sang Pencipta Semesta Alam, pasti menyedihkan. Terlebih jika yang meninggalkan kita adalah anggota nuclear family kita, entah orangtua atau saudara kandung. Aku begitu salut dengan teman-temanku yang begitu tegar dalam menjalani hidup mereka setelah mereka ditinggal. Sebab aku paham sekali kalau itu bukanlah hal yang mudah. Alasan lainnya karena aku belum pernah mengalaminya sehingga aku agak sangsi diriku dapat setangguh mereka. 

Kehilangan, terlebih karena orang yang meninggalkan kita kembali kepada Allah, Sang Pencipta Semesta Alam mengingatkan kita bahwa kematian itu pasti. Dan kematian selalu mengingatkan kepada kita bahwa hidup kita di dunia ini hanya sementara. Hanya di surga lah, kehidupan yang paling kekal sehingga kita harus terus memperbaiki diri agar kita siap saat kematian itu datang. Kematian juga mengingatkan kepada kita bahwa pada hakekatnya kita adalah milik Allah dan suatu saat nanti akan kembali kepada-Nya. Sedekat apapun kita dengan orangtua, keluarga, sahabat kita, pasti kita akan berpisah juga. Dan semoga di surga nanti kita dapat dipertemukan kembali dengan mereka. Dan sedekat apapun kita dengan orang-orang yang kita sayang dan menyayangi kita, hanya amal perbuatan kitalah yang akan menemani kita sampai ke liang lahat. Bahkan menunggui kita saat ditanya malaikat Munkar dan Nakir. 

"Innalillahi wa innailaihi rojiun"

"To Allah we belong, to Allah we shall return."

4 comments:

  1. Yang penting kita kuat dalam menghadapi cobaan dari Allah SWT.

    ReplyDelete
  2. Setelah saya menikah.. Entah kenapa bayang2 kematian sering hadir.. Berasa umur semakin berkurang..
    Beruasaha menjadi lebih baik..
    Tapi aku masih merasa aku bukan apa2..

    Robbana atina fiddunnya khasanah..
    Wa fil aa khiroti khasanah
    Wakinaa adzabannaar.. Aamiin..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya yang belum menikah pun juga sering kebayang-bayang mba :"

      Aamiin

      Delete

Powered by Blogger.