Sebuah Notula: Menyadari Sifat Buruk dan Melatih Sifat Baik



Hari ke #163

Kamis tanggal 24 Mei lalu, dalam kajian kitab 10 Qowaid Fii Tazkiyatun Nafs Ustadz Sholihun membahas tentang kaidah kelima yaitu تَØ®ْÙ„ِÙŠَØ©ٌÙˆَتَØ­ْÙ„ِÙŠَØ©. Membersihkan jiwa itu dengan cara dua hal. Pertama, takhliyah atau mengosongkan hati dari sifat-sifat yang tercela. Kedua, tahliyah atau menghiasi hati dengan sifat-sifat terpuji. Kalau menurut Imam Al-Ghazali ada tiga tahap, yaitu takhali (takhliyah), tahali (tahliyah), dan tajali.

Ketika seseorang memiliki keinginan kuat untuk membersihkan hati dengan mengeluarkan sifat-sifat buruk dari dirinya, maka dia sedang melakukan takhali atau takhliyah. Salah satu cara takhali adalah bermujahadah, melawan hawa nafsunya. Sebab terkadang seseorang lebih suka menuruti hawa nafsunya, dibanding melakukan sesuatu yang sesuai dengan syariat. Dari situlah manusia dapat mempelajari sifat-sifat yang kotor dalam dirinya. Setelah itu, manusia belajar untuk tahali atau menghiasi diri dengan sifat-sifat yang terpuji. Misalnya ketika menyadari kalau dalam diri kita terdapat sifat-sifat takabur, maka harus paksa diri kita untuk melakukan sifat-sifat tawadhu. Jika kita berhasil melakukan tersebut, maka hasilnya disebut dengan tajali, ke-Mahabesar-an Allah akan tampak dalam diri kita.

Ada beberapa langkah untuk melakukan tazkiyatun nafs yang berkaitan dengan takhali, tahali, dan tajali tersebut. Pertama, ilmu, taghrib wa tadhrib, tafa'il. Pertama, ilmu, kita wajib mengilmui sifat terpuji. Seperti apa itu sabar, apa pendapat ulama tentang sabar, ayat Alquran berkaitan dengan sabar, dan hadits-hadits nabi yang berkaitan dengan sabar. Sehingga tidak mungkin kita mencapai tazkiyatun nafs jika kita enggan mempelajari ilmu tersebut. Maka kita harus mengilmui sabar, mengilmui ikhlas, mengilmui syukur.

Setelah ilmu pengetahuan tersebut ada dalam diri kita maka langkah yang kedua adalah belajar untuk mengamalkannya (taghrib wa tadhrib). Taghrib artinya membuka diri tentang penyakit-penyakit hati yang ada di dalam diri. Jangan pernah mengingkari sifat-sifat buruk yang ada di dalam diri. Sebab ketika kita menyadari sifat-sifat buruk tersebut, di situlah ada proses tadhrib atau melatih. Sampai akhirnya tafa'il atau menginternalkan seluruh apa yang dilakukan dalam diri sehingga menjadi akhlak. Sehingga kita tidak boleh mengatakan, "ini sudah sifatku." Sebab tujuan diturunkannya Alquran, diutusnya para nabi yaitu untuk membersihkan sifat-sifat yang buruk dalam diri kita.

Jadi, hakikat tazkiyatun nafs adalah mengosongkan hati, mengeluarkan hati dari sifat-sifat tercela. Cara pertama yang dilakukan yaitu membersihkan diri dari sifat-sifat kotor tersebut. Sebab hal itu yang akan merusak hati. Bahkan dapat menghalangi cahaya hidayah untuk masuk dalam diri seseorang.

Jika seseorang berbuat dosa, maka akan setitik noda hitam dalam dirinya. Namun, jika orang tersebut bertobat, maka titik noda tersebut akan bersih. Akan tetapi, jika orang tersebut kembali melakukan dosa dan terus-menerus melakukannya, maka titik noda hitam itu akan menguasai hatinya. Dengan demikian yang menjadi penghalang antara kita dengan Allah, yang menjadi penghalang antara kita dengan kebaikan adalah dosa yang kita lakukan. Tanda-tanda kita mengalami hal tersebut yaitu kita suka merasa gelisah, muncul rasa ketidakpercayaan terhadap janji-janji Allah, serta kebaikan yang kita lakukan tidak menemukan ruhnya. Untuk itu, kita harus membiasakan diri melakukan kebaikan hingga mengarakter dalam diri kita. Serta terus menjaga diri, terus belajar, dan terus mendengarkan nasihat-nasihat para guru.

No comments:

Powered by Blogger.