Perjalanan Kesabaran



Hari ke #159

Sore tadi, selepas Ashar janji bertemu seseorang di Malioboro. Rencana awalnya dia akan menjemputku di kantor, tetapi karena sedari siang hingga Ashar aku ada kegiatan di sekitar kampus, aku mengusulkan untuk bertemu langsung di Malioboro. Sekitar jam setengah empat, aku sampai di Halte Kopma UGM. Hanya beberapa menit menunggu, bus Trans Jogja tujuanku pun sudah datang. Aku membatin riang, "kalau kayak gini sih bisa cepet sampainya." Apalagi bus jalur 3A yang kutumpangi langsung mengantarku ke Malioboro, tidak perlu transit di halte-halte tertentu.

Sayangnya, ketika bus yang kutumpangi tiba di Halte SMP 5, semua penumpang diminta untuk turun. Aku mengerutkan kening sembari membatin, "ada apa ini?" Begitu semua penumpang turun--hingga memenuhi halte--bus yang kami tumpangi itu menepi ke depan Balai Pamungkas. Sang supir dan kernetnya terlihat begitu sibuk "mengasesmen" bagian bawah dan depan bus.

Ujian kesabaran pun dimulai. Beberapa menit awal penumpang yang "terusir" dari bus sebelumnya terlihat masih bersabar menunggu kedatangan bus. Ketika belasan menit berlalu, satu per satu penumpang mulai terlihat gelisah. Terlebih ketika ada bus jalur 3A yang datang, semua penumpang berebut untuk masuk. Sayangnya, karena penuh, hanya beberapa penumpang yang terangkut. Sementara penumpang yang lain, diminta untuk kembali bersabar menunggu.

Dari kejadian itu, aku jadi bertanya-tanya, "apakah kesabaran memiliki batasnya?". Mungkin iya, mungkin tidak, yang jelas kesabaran harus terus dilatih dan dibiasakan. Sebab jika kita bersabar, akan ada hasil manis yang akan kita rasakan. Meski mungkin cara untuk mendapatkannya tidak sama dengan langkah awal yang kita tempuh. Pun aku jadi belajar kembali tentang mengambil kesempatan. Ketika bus 3A yang kutunggu tidak kunjung datang, akhirnya aku memilih bus lain yang datang lebih dulu. Meski untuk sampai di Malioboro harus transit terlebih dahulu. Namun, yang membuatku berdecak ketika ternyata bus 3A yang akan membawaku dari Halte Bumiputera. Padahal bisa saja bus 1A yang datang lebih dahulu dan mengantarku ke Malioboro. Tiba-tiba aku jadi teringat sebuah perkataan dari banyak ustadz bahwa sabar bukanlah pasrah akan keadaan yang ada. Namun, sabar itu ketika kita tetap bergerak dan melakukan suatu usaha. 

No comments:

Powered by Blogger.