Sebuah Notula: Berusaha Menutup Pintu-pintu yang Allah Haramkan



Hari ke #172

Kamis tanggal 25 Mei lalu, dalam kajian kitab 10 Qowaid Fii Tazkiyatun Nafs Ustadz Sholihun membahas tentang kaidah keenam. Kaidah tersebut mengenai menutup pintu-pintu yang dapat menjadi penyebab seseorang keluar dari tujuan membersihkan diri. Serta dapat menjauhkan seseorang dari sifat-sifat, dan dapat menjatuhkan seseorang dalam kehinaan. Sehingga seseorang memerlukan "pelatihan" untuk menutup pintu-pintu tersebut, terlebih jika pintu itu terbuka yang dapat menjadi penyebab kotornya hati manusia. Pun ada pintu-pintu yang dapat mendorong seseorang untuk menyia-nyiakan agama Allah SWT.

Dalam sebuah hadits nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa Allah membuat perumpaan satu garis yang lurus dari atas atau dua sisi garis tersebut, kanan-kiri. Pun ada garis pula yang kedua sisinya ada pintu-pintu terbuka dan di atas pintu tersebut ada tirai yang menutupinya. Di setiap pintu garis tersebut ada orang yang menyeru, 'Wahai manusia, kalian ada pada garis lurus itu semua dan janganlah kalian menyimpang atau belok dari itu'. Pun ada orang yang menyeru dari atas garis, 'Ketika seseorang berkehendak yang membuka sesuatu dari pintu-pintu itu, maka celakalah engkau dan janganlah engkau membukanya. Karena jika engkau engkau membukanya, maka engkau akan tertarik dan masuk kepadanya'. Maksud dari garis lurus tadi adalah Islam. Dua garis di sisinya adalah aturan Allah, sedangkan pintu-pintu terbuka itu adalah apa-apa yang diharamkan oleh Allah. Lalu orang yang menyeru di atas garis adalah kita Allah Azza Wa Jalla dan nasihat Allah yang ada dalam hati setiap manusia.

Pada hadits yang lain, Hafidh ibnu Rojib menyebutkan bahwa siapa saja dapat keluar dari istiqomah sehingga terbukalah pintu-pintu apa yang Allah haramkan. Padahal salah satu cara untuk mencapai tazkiyatun nafs adalah berusaha menutup pintu-pintu yang akan menyebabkan seseorang masuk ke dalam apa yang Allah haramkan. That's why dalam Alquran, Allah berfirman agar manusia tidak mendekati perbuatan yang menjadikan zina. Dari firman tersebut, manusia diminta untuk berusaha menutup pintu-pintu yang menyebabkan dosa, pintu-pintu yang menyebabkan maksiat. Ketika seseorang membuka pintu-pintu tadi, entah dari syahwat maupun syubhat, maka suatu saat seseorang akan masuk. Bahkan terjilat bara api yang menyala-nyala.

Dalam hadits tersebut, Hafidh ibnu Rojib mengingatkan kepada kita tentang syahwat dan syubhat. Namun, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW sudah menyampaikan kepada kita untuk menjauhi syubhat. Sebab seseorang yang menjauhi syubhat, dia akan terhindar dari segala sesuatu yang buruk dan akan terjaga kehormatan agamanya. Sebaliknya, jika seseorang mendekati syubhat, dia akan terjatuh kepada yang Allah haramkan. Maka perlu ada usaha untuk menutup pintu-pintu yang dapat menuju kerusakan. Misalnya interaksi kepada lawan jenis, harus mau diatur agar interaksi tersebut tidak memunculkan fitnah. Sebab jika tidak diatur dan memunculkan sikap-sikap bebas kepada lawan jenis, maka sangat mungkin masing-masing akan terjatuh kepada fitnah. Kalau tidak ada aturan maka itu disebut oleh Allah sebagai membuka pintu-pintu apa yang Allah haramkan. Contoh lainnya dalam hal jual-beli, jika model jual-belinya semakin ribet, maka akan semakin mendekati syubhat. Untuk itu, jika kita ingin mencapai takziyatun nafs, kita harus berusaha menutup pintu-pintu tersebut. Pun tujuan tazkiyatun nafs akan tercapai jika ada kehati-hati dalam setiap persoalan.

Salah satu pintu yang perlu ditutup adalah pandangan, sehingga kita diperintah untuk ghadul bashar (menjaga pandangan) dan menjaga kemaluan. Seperti halnya dalam surat An-Nur ayat 30, yaitu kita harus menjaga pandangan dari apa yang Allah haramkan. Sebab terkadang kemaksiatan berawal dari pandangan mata. Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa pandangan itu panah di antara panah-panah setan yang dilepaskan. Pun dari pandangan mata, akan muncul fitnah berupa rasa suka. Banyak orang mengatakan bahwa cinta itu adalah anugerah, padahal menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyyah cinta itu adalah penyakit hati yang paling berat obatnya. Sebab, dari cinta itulah akan muncul penyakit bernama kerinduan. Dan tidak ada satu pun obat kerinduan kecuali pertemuan. Lebih parah lagi, cinta itu tidak bisa didefinisikan. Semakin seseorang mendefinisikan cinta, maka dia tidak akan menemukan definisinya, kecuali kebingungan. Terlebih ketika seseorang hanya memendam cinta dan kerinduannya tanpa bisa mengungkapkannya. Sehingga kita perlu menutup pintu-pintu tersebut dengan menjaga pandangan ketika bertemu dengan lawan jenis.

Perintah menjaga pandangan lebih didahulukan dibanding menjaga kemaluan karena pandangan itu ibarat pesan yang akan dikirimkan yang dapat menjadi penyebab zina. Bahkan zaman dahulu ada seorang pemuda Mesir yang keluar dari Islam karena memandang seorang perempuan Nasrani. Sayangnya, sebelum menjadi pengantin baru, dia jatuh terpeleset dan meninggal. Sehingga kita perlu berhati-hati dengan kemaksiatan karena dikhawatirkan akan meninggal dalam keadaan su'ul khotimah.

Ada dua pintu haram, yaitu nadhar dan thama. Sebab melihat (nadhar), hati akan timbul keinginan yang berhubungan dengan apa yang dilihat dengan objek yang diharamkan disebut dengan thama. Jika seseorang tidak hati-hati, maka dia dapat terdorong untuk melakukan apa yang Allah haramkan--melakukan yang berhubungan dengan seks. Semua manusia bisa terfitnah oleh hal-hal tersebut. Dalam persoalan ini, hanya bertawakal kepada Allah kalau kita ingin dilindungi dari fitnah-fitnah tersebut. Bahkan nabi Yusuf pernah terfitnah oleh masalah itu. Sebab, manusia itu bisa saja tahan dengan godaan harta dan kedudukan, tetapi jarang yang mampu menahan godaan yang berupa seks dan hawa nafsu. Sehingga yang diinginkan oleh Alquran agar kita dapat terjaga kehormatan agamanya dan terjaga kesucian jiwanya dengan cara menahan pandangan dan kemaluan.    

Di antara bagusnya keislaman seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak ada manfaatnya. Seperti banyak bicara dan banyak melihat secara berlebihan. Tidur secara berlebihan pun tidak baik. Sebab yang berlebihan itu memang tidak baik, harus sekadarnya. Seperti dalam contoh kaidah keenam itu yaitu interaksi dengan lawan jenis yang harus dijaga dengan baik. Sebab fitnah-fitnah seperti perasaan-perasaan terhadap lawan jenis itu begitu besar. Pun setiap orang berpotensi untuk terfitnah oleh pandangan, tetapi tergantung bagaimana seseorang mengelola perasaan-perasaan yang ada dalam dirinya. Untuk itu, Islam mengatur hal tersebut sehingga manusia dapat meninggalkan pintu-pintu yang menuju kerusakan dan mengambil pintu-pintu yang menuju kebahagiaan dan kegembiraan, yaitu pernikahan.













No comments:

Powered by Blogger.