Ketiga Anak Pertama Mariko Part 2



 Hari ke #177

Ditinggal setengah bulan, ternyata anak-anaknya Mariko sudah dapat memanjat kardus dan berjalan di sekitar dapur. Sayangnya, ada satu yang masih tertinggal di kardus, bergeming. Sebelum mudik kemarin aku sempat menaruh curiga dengannya, sebab kedua tangannya dibentangkan begitu lebar dan sulit untuk diluruskan kembali. Setelah Senin kemarin pulang, aku baru menyadari kalau hal tersebut membuatnya tidak dapat berdiri, apalagi loncat dari kardus. Pun cukup tertatih untuk berjalan.

Hal yang menarik yaitu bagaimana perlakuan Mariko ke dia. Ketika dia masih tertinggal di kardus, sementara kedua saudaranya sudah asyik menyelinap ke sudut-sudut dapur. Tiba-tiba Mariko lompat ke kardus, mendekapnya erat. Seakan Mariko menenangkannya, "Tenang Nak, ibu temani kamu." Lalu ketika dini hari ini ketika aku terbangun dengan suara kucing. Ternyata Mariko mengajak anaknya yang berwarna cokelat ke "kamarku". Belasan menit kemudian anaknya yang berwarna hitam putih--yang dapat berjalan--menyusul, masuk ke "kamarku". Mariko bolak-balik masuk-keluar "kamar". Hingga satu jam kemudian, Mariko menggigit anaknya yang berwarna hitam putih--yang tidak dapat berjalan. Dari situ sebenarnya terlihat betapa Mariko menyayangi anak-anaknya. Terlebih kepada anaknya yang berjalan tertatih.

Aku jadi kepikiran, bahwa barangkali setiap makhluk hidup memiliki naluri keibuan ketika mengandung dan memiliki anak. Jika hewan saja seperti, apalagi manusia. Namun, berbeda dengan hewan, manusia harus terus belajar tentang parenting ketika akan dan telah memiliki anak.









No comments:

Powered by Blogger.