Merindu Baginda Nabi: Sebuah Novel Tentang Mimpi, Dengki, dan Kelapangan Hati




Hari ke #179

Judul: Merindu Baginda Nabi
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
Penerbit: Republika Penerbit
Tahun Terbit: April 2018
Jumlah Halaman: 176

"Kasih sayang dan kebaikan itu universal, secara fitrah semua manusia memilikinya. Adapun hidayah, Allah letakkan di hati siapa saja yang dikehendaki-Nya." (halaman 22)

Bulan April lalu, Kang Abik--sapaan Habiburrahman El Shirazy--mengeluarkan buku terbarunya yang berjudul Merindu Baginda Nabi. Berbeda dengan novel-novel sebelumnya, novel ini jauh lebih "tipis". Pun tokoh dan konfliknya tidak menampilkan tokoh orang dewasa yang berkonflik seputar pernikahan dan percintaan. Dalam novel ini berfokus pada remaja yang berkonflik seputar mimpi dan kompetisi.

Novel Merindu Baginda Nabi menceritakan Rifa, seorang gadis yang memiliki segudang prestasi dan baik perangainya. Melihat banyaknya prestasi yang dia raih, mungkin tidak akan ada yang menyangka jika masa kecilnya tidak begitu menyenangkan. Sewaktu bayi, dia dibuang oleh ibu kandungnya di tempat pembuangan sampah. Beruntung, ada seorang nenek bernama Mbah Tentrem yang merawatnya dengan sangat baik. Mbah Tentrem menamai Rifa dengan "Dipah" atau ditemu ning sampah. Dia berganti nama dari "Dipah" menjadi "Rifa" saat dirawat oleh Pak Nur dan Bu Salamah. Awalnya Mbah Tentrem enggan menyerahkan Rifa kepada sepasang suami-istri yang belum dikaruniai anak tersebut.

Sebulan kemudian Mbah Tentrem meninggal sewaktu menghadiri pengajian maulid Nabi Muhammad SAW. Beberapa hari sebelum meninggal, ternyata Mbah Tentrem menitipkan wasiat kepada Kyai Muklas. Mbah Tentrem memberikan amanah kepada Pak Nur dan Bu Sal untuk mendirikan panti asuhan dan pesantren di tanah yang Mbah Tentrem wakafkan. Meski awalnya menolak, pada akhirnya Pak Nur dan Bu Sal pun menerima amanah tersebut dan menamai panti asuhan dan pesantren tersebut dengan nama "Darus Sakinah". Dari situlah, kehidupan Pak Nur, Bu Sal, dan Rifa sedikit banyak berubah. Rifa pun tidak pernah merasa kesepian dan terbuang jika mengingat dirinya "hanya" anak asuhnya Pak Nur dan Sal, pun pernah dibuang di tempat sampah.

Beranjak remaja, Rifa sudah tumbuh menjadi gadis yang cerdas dan salehah. Banyak prestasi yang dia raih. Pun dia tumbuh dengan pengetahuan agama dan perangai yang baik. Meski begitu, tidak sedikit yang iri dengannya. Seperti Arum dan Tiwik, dua sahabat yang begitu iri dengan apa yang telah Rifa raih. Rasa iri mereka seakan memuncak kala Rifa mendapat kesempatan exchange ke San Jose. Bukan hanya itu, Rifa pun menjuarai olimpiade matematika di sana. Sejak itu, Arum dan Tiwik begitu tidak suka dengan segala hal yang dicapai Rifa. Bahkan Tiwik yang tahu Arum dan Rifa saling berkompetisi meraih ranking satu, seringkali mengadu domba mereka. Hingga kebencian Arum terhadap Rifa semakin lama semakin membara. Padahal Rifa tidak pernah sombong dengan segala yang telah dicapainya, juga tidak pernah dendam dengan perlakuan Arum dan Tiwik.

Dibanding novel-novel Kang Abik yang lain, konflik dalam novel Merindu Baginda Nabi terbilang ringan dan sudah cukup sering diceritakan. Namun, Kang Abik mengemasnya dengan begitu apik. Latar tempat di luar negeri pun sepertinya sudah melekat dalam novel-novel Kang Abik. Seperti dalam novel ini yang berlatar di beberapa kota di luar negeri, seperti San Jose, London, Muenchen, Frankfrut, dan lain sebagainya. Sayangnya, kota-kota tersebut hanya dibahas sekilas. Mungkin karena Kang Abik tidak memfokuskan bagian cerita yang berlatar di luar negeri tersebut.

Secara keseluruhan novel ini terbilang bagus. Apalagi konfliknya memang begitu dengan masyarakat zaman sekarang yang mudah suudzon, mudah terpengaruh orang lain, pun mudah diadu domba. Seperti Tiwik yang mengadu domba Arum dan Rifa sehingga menambah kebencian Arum terhadap Rifa. Pelajaran yang didapat dalam novel ini juga cukup banyak. Seperti kejahatan apapun pasti akan terungkap dan mendapat balasannya. Pun kebaikan-kebaikan yang kita lakukan tidak pernah sia-sia. Apalagi kebaikan-kebaikan tersebut memang telah diperintahkan dalam Alquran dan dicontohkan oleh Baginda Nabi. Dan kita tidak pernah tahu kebaikan kita yang manakah yang dapat menjadi perantara seseorang mendapatkan hidayahnya. Sebab, "adapun hidayah, Allah letakkan di hati siapa saja yang dikehendaki-Nya." (halaman 22)

No comments:

Powered by Blogger.