Mengulik Masa Lalu yang Tertinggal di Belakang




Hari ke #174

Malam ini tidak sengaja membuka sebuah folder foto di laptop. Tiba-tiba muncul kerinduan ketika melihat satu per satu pada orang-orang yang ada dalam foto-foto itu. Sembari menggumam, "Ternyata pernah ke tempat ini sama mereka. Ternyata pernah ke tempat itu sama mereka (yang lain). Ternyata pernah naik gunung. Ternyata pernah pergi-pergi sendirian ke luar Jogja dan Purwokerto." Sejurus kemudian kerinduan berubah menjadi kesedihan. Sebab kenangan hanya tinggal kenangan. Tertinggal di belakang, entah terulang di masa sekarang.

Ah, manusia memang suka begitu. Terlalu suka bernostalgia, mengingat kenangan masa lalu. Terlalu suka mengingat kejayaan masa lalu, mengingat apa-apa yang pernah dicapai di masa lalu. Seakan ingin terulang kembali--tetapi tidak bisa. Padahal manusia tidak selamanya hidup di masa lalu. Pun pada saatnya masa lalu memang tertinggal di belakang.

Padahal seharusnya setiap manusia terus melangkah di masa sekarang, terlebih untuk masa depan. Terus menjadi lebih baik setiap harinya. Tidak meratapi masa lalunya. Tidak menyesali masa lalunya. Menangisi kenangan manis yang ingin terulang kembali di masa sekarang--pun masa depan. Menangisi kenangan buruk di masa lalu yang membuatnya menyalahkan diri sendiri--pun hingga tidak memaafkan diri sendiri.

Hidup akan terus berjalan selama kita diberi kesempatan oleh-Nya. Hidup akan terus berjalan, meski kita stagnan. Hidup akan terus berjalan, pun kita--seharusnya. Terus bergerak, terus memupuk harapan, terus berdoa dan berusaha mewujudkan.

No comments:

Powered by Blogger.