Sebuah Notula: Keutamaan Membaca Alquran dan Mempelajari Tahsin




Hari ke #148


Di bulan Ramadhan ini, ada beberapa amalan yang utama, yaitu puasa, qiyam atau tarawih, shadaqah, duduk di masjid sampai terbit matahari, i'tikaf, umrah. Selain itu ada juga menghidupkan lailatul qadar, memperbanyak zikir, dan menghidupkan Alquran. Dalam kajian kemarin siang lebih difokuskan pada "menghidupkan Alquran". Pada zaman dulu, sahabat Rasulullah memiliki beberapa cara ketika berinteraksi dengan Alquran. Salah satunya dengan membaca satu ayat Alquran dan tidak beralih sampai benar-benar tahu makna dari ayat tersebut.


Ada beberapa contoh perilaku imam dan sahabat nabi zaman dulu ketika memasuki bulan Ramadhan. Seperti Utsman bin Affan yang dapat mengkhatamkan Alquran sehari sekali. Utsman bin Affan pun pernah mengatakan bahwa ketika hati bersih, kita tidak akan pernah kenyang membaca Alquran. Sebab kita ingin terus dan terus membaca Alquran. Lain lagi dengan Imam Syafii yang ketika Ramadhan dapat mengkhatamkan Alquran sebanyak 60 kali dan itu dilakukan di luar salatnya.

Membaca Alquran ternyata membuat orang-orang yang terjun di dunia dakwah menjadi bertahan di jalan dakwah. Terlebih ketika dalam hati mereka telah tertanam kuat Alquran. Ada tiga jenis aktivitas dengan Alquran, yaitu membaca, menadaburi, dan mengamalkan. Keistimewaan dari membaca Alquran, kita dapat memperbanyak amalan karena satu hurufnya bernilai 10 kebaikan. Keistimewaan dari menadaburi Alquran yaitu agar kita bisa merenungi maknanya dengan menadaburi artinya. Pun menjadikan Alquran sebagai ruh penggerak jiwa kita. Lalu keistimewaan dari menghafal yaitu memahami bahwa menghafal bukan sekadar "memindah" (ayat Alquran) dari mushaf ke otak lisan kita. Namun juga agar berdampak baik kepada perilaku kita.

Membaca Alquran itu harus dengan tajwid (benar tajwidnya). Sehingga kita perlu untuk mempelajarinya, memperbaiki bacaan (tahsin), terlebih ketika kita menyadari bahwa bacaan kita banyak yang kurang tepat. Secara teori, hukum mempelajari ilmu tajwid itu fardhu kiyafah yaitu ketika ada orang lain telah mempelajarinya, maka kita telah gugur kewajiban untuk mempelajarinya. Namun, secara aplikasi, hukum mempelajarinya itu fardhu ain atau kewajiban masing-masing orang. Padahal ada beberapa keutamaan ketika kita mempelajari ilmu tajwid, yaitu menjadikan kita sebaik-sebaik manusia, menjadikan sebaik-baik kesibukan, serta turunnya rahmat dan nama kita disebut di hadapan malaikat. Selain itu, pada dasarnya mempelajari ilmu tajwid bertujuan untuk menghindari kesalahan. Baik kesalahan yang mengubah arti maupun yang tidak mengubah arti.

Ada empat tingkatan membaca Alquran, yaitu at-tahqiq (sangat lembut dan bertajwid), at-tartil, at-tadwir (pertengahan), al-hadr (sangat cepat dan tetap sesuai tajwid). Sehingga tidak heran jika ada sahabat Rasulullah yang mampu mengkhatamkan Alquran satu kali sehari. Meski cepat tetapi sesuai dengan tajwidnya. Sebab ada beberapa urgensi dalam membaca Alquran yang sesuai tajwidnya. Seperti lebih didengar oleh Allah jika bacaannya baik, bacaan yang bagus lebih memiliki nilai dakwah.

No comments:

Powered by Blogger.