Rezeki Minggu Sore




Hari ke #140

Minggu sore kemarin, beberapa saat ketika menata makanan dan minuman di meja depan pintu pagar kantor, dan ketika baru saja ada pembeli pertama datang, rintik hujan kembali terasa menyapa. Hanya rintik tetapi membuat kami harus bergegas memasukkan kembali makanan dan minuman ke dalam kantor. Menunggu sekejap hingga rintik hujan mulai mereda.

Selang 30 menit, rintik hujan sudah tidak begitu terdengar, kami kembali mengeluarkan makanan dan minuman yang kami jual. Namun, hanya beberapa saat setelahnya rintik hujan kembali terasa, setetes demi setetes. Tersebab enggan memasukkan-mengeluarkan kembali makanan dan minuman, akhirnya kami mengambil dua payung berukuran besar--meski tidak sebesar warung sebelah. Jadilah kami berpayung saat menjajakan makanan dan minuman.

Bermenit-menit memegang payung ternyata membuat tangan kananku pegal sehingga harus bergantian dengan tangan kiri dan kembali bergantian dengan tangan kanan ketika tangan kiri terasa pegal, dan seterusnya. Berpuluh menit berjaga tidak ada tanda-tanda pembeli kedua dan seterusnya yang datang. Kami mulai mengeluh dan bertanya-tanya, "kok tidak ada yang beli lagi ya?" Akan tetapi, kami terus menunggu hingga sepuluh menit menjelang adzan Maghrib, kami memutuskan untuk menutup lapak di hari itu.

Tepat setelah semua makanan dan minuman masuk kembali ke kantor, pembeli kedua dan ketiga pun datang. Meski tidak berbilang banyak, tetapi cukup mengobati rasa pegal kami. Dari kejadian sore itu, aku menjadi semakin percaya bahwa rezeki semua manusia memang sudah ditentukan oleh-Nya, tinggal bagaimana manusia mengusahakan untuk menjemput si rezeki. Pun jika sore itu, hanya pembeli pertama yang datang, berarti rezeki yang datang kepada kami di sore itu hanya selembar sepuluh ribu. Jadi memang harus terus berusaha dan mengusahakan untuk menjemput rezeki kita. Seperti halnya Kuroko dan Mariko yang "menjemput rezeki" mereka dengan mendekatiku, menatap dengan sendu, dan mengeong perlahan.

No comments:

Powered by Blogger.