Ketiga Anak Pertama Mariko


Hari ke #150


Baru Selasa siang kemarin di kantor kami berbincang tentang penitipan kucing untuk Kuroko dan Mariko ketika aku mudik nanti. Terlebih Mariko--saat itu masih--dalam keadaan hamil. Tidak tahunya, malam harinya Mariko terlihat gelisah, mondar-mandir, terlihat sedang survei tempat. "Wah, kayaknya mau nglahirin nih?", batinku.

Aku bergegas mencari kardus tetapi hanya kardus mie instan yang--baru--kutemukan. Setelah kudekatkan kardus itu ke samping Mariko, dia segera melompat masuk ke dalam. Sepertinya dia begitu kesempitan di dalam kardus itu. Berpuluh menit kemudian belum ada tanda-tanda dia akan melahirkan. Alih-alih terdengar suara melahirkan, yang terdengar justru keributan yang dipicu oleh Kuroko yang masuk ke dalam kardus. Pertarungan pun tidak dapat dihindarkan.

Keesokan harinya--Rabu kemarin--sewaktu aku sedang mengambil makanan di dapur, tiba-tiba terdengar suara kucing. Lirih, tidak seperti suara Kuroko dan Mariko. Begitu aku menyalakan salah satu lampu ruang depan, aku terperanjat. Mariko terlihat sedang memandikan kedua anaknya yang bewarna cokelat dan hitam-putih. Aku begitu gembira, ternyata Mariko melahirkan lebih cepat dari yang kukira.

Aku segera mencari kardus yang lebih besar dibanding kardus mie instan. Alhamdulillah, di bawah meja depan ada kardus air mineral yang tidak terpakai. Lalu aku memindahkan Mariko dan kedua anaknya. Membiarkan mereka untuk menghabiskan waktu bersama sembari aku mengambil makanan di dapur dan segera menyantapnya. Usai sahur, ketika akan ke dapur, kulihat ada satu ekor kucing lagi yang ada di kardus itu, warnanya hitam-putih. Sepertinya Mariko baru saja melahirkan anak ketiganya sewaktu aku sahur.

Meski orang-orang kantor menyebut Mariko sebagai "teenager", sepertinya dia sudah begitu ahli dengan peran barunya sebagai ibu muda. Seperti ketika dia sedang makan, dia langsung berlari kembali menuju kardus ketika ketiga anaknya mengeong. Pun bahkan ketika Kuroko berada di dekat kardus itu, Mariko seakan memberi kode kepada Kuroko untuk tidak mengganggu Mariko dan ketiganya. Namun, hal itu sepertinya dianggap Kuroko sebagai suatu ancaman.

No comments:

Powered by Blogger.