Minggu bersama Keluarga

Sunday, September 09, 2018


Hari ke #252

Kemarin pagi, selepas Subuh kami bergegas menuju Ambarketawang. Mungkin, itu kali pertama kami keluar rumah sepagi itu. Di ojek daring yang kami naiki, kami bercerita kalau akan berwisata bersama rombongan dari Purwokerto. Mendengar destinasi yang akan kami datangi, sang supir mewanti-wanti kalau tidak semua bus dapat naik ke tebing breksi. Aku yang belum pernah ke sana, hanya mengiyakan sembari menerka medan menuju tebing tersebut. Lima menit kemudian kami sampai di Ambarketawang. Sesampainya di sana, kami menunggu belasan menit hingga Ibu, Bapak, dan rombongan PKK lainnya sudah berada di parkiran bus.

Sekitar pukul 06.00 kami beranjak dari parkiran bus. Perjalanan selama satu jam itu ternyata berbuah kosong. Baru saja kami menginjakkan kaki di parkiran, bahkan banyak ibu-ibu PKK yang membawa bekal makanan, harus berputar kembali menuju. Tujuan ke Tebing Breksi itu gagal seketika. Sebab sepertinya koordinator berwisata ini tidak menyurvei dulu kondisi destinasi wisata yang dituju. Tidak tahu bahwa menuju Tebing Breksi itu tidak bisa menggunakan bus karena hanya bisa transit di parkiran. Pun sepertinya tidak tahu bahwa untuk mencapainya harus berjalan dan menanjak beberapa ratus meter. Padahal sebagian besar rombongan sudah berusia lanjut dan mudah lelah ketika berjalan jauh.

Akhirnya destinasi wisata yang tadinya ke Tebing Breksi, Hutan Pinus, dan Malioboro diubah seketika menjadi Candi Prambanan, tempat pembuatan bakpia dan jual oleh-oleh, Malioboro, dan Pantai Parangtritis. Sebab, menurut sang koordinator, jalanan menuju Hutan Pinus tidak jauh berbeda dengan Tebing Breksi. Pun, katanya jalan menuju Hutan Pinus sedang diperbaiki sehingga tidak dapat dilewati oleh bus.

Waktu (mereka) yang sebentar di Jogja membuat durasi kunjungan ke setiap destinasi hanya bekisar satu hingga dua jam. Terlebih antara satu destinasi ke destinasi lain pun memakan waktu hampir satu jam perjalanan. Seperti dari Candi Prambanan ke tempat pembuatan Bakpia, dan dari Malioboro ke Pantai Parangtritis.

Perjalanan hari itu pun berakhir di Pantai Parangtritis. Diakhiri dengan salam perpisahan dari sang mentari yang kembali ke singgasananya. Jarang
sekali dapat melihatnya ketika akan kembali, biasanya hanya ronanya yang menguar begitu memesona. Selepas Maghrib, bus meninggalkan parkiran. Bapak beserta rombongan lainnya kembali ke Purwokerto. Sementara aku, Mas, dan Ibu kembali ke kontrakan. Namun, kami turun di depan Kantor Lurah Desa Palbang karena bus tersebut tidak melewati UMY. Menunggu beberapa menit hingga ojek daring yang kami pesan datang.

No comments:

Powered by Blogger.