Cincin yang Longgar

Sunday, September 23, 2018


Hari ke #266

Bagi perempuan kecil sepertiku, ternyata bukan hanya kesulitan dalam memilih baju, tetapi juga cincin yang pas dengan jarinya. Satu setengah bulan sebelum menikah, Mas meminta adiknya untuk menemaniku mencari cincin imitasi untuk mengetahui ukuran jariku. Ternyata, meski mendapat cincin orang dewasa dengan ukuran paling kecil--9 kalau tidak salah--, masih begitu longgar di jari manisku. Akibatnya, ketika cincin yang sesungguhnya sudah jadi, beberapa anggota keluarganya Mas dan keluargaku cukup kaget mengetahui cincinku yang longgar. Mereka mengira kalau salah ukuran. Padahal itu adalah ukuran terkecil.

Semenjak hari pertama menikah itulah, mereka--terutama keluarganya Mas--memintaku untuk menggemukkan badan. Indikatornya adalah cincin pernikahan yang kupakai. Memintaku untuk makan lebih banyak, minum lebih banyak. Sehingga aku tidak perlu lagi menggonta-ganti plester yang kulingkari di cincin.

Minggu pekan lalu, aku dan Mas sengaja mampir ke apotek untuk menimbang, dengan dalih membeli vitamin. Aku cukup kaget ketika melihat jarum yang tertera di timbangan. Jarum tersebut bergerak lima kilogram ke kanan dari terakhir kutimbang sebulan lalu. Hal yang membuatku kaget yaitu penambahan lima kilogram yang jarang--bahkan mungkin tidak pernah--terjadi pada diriku. Biasanya, hanya satu atau dua kilogram, baik naik atau turun. Dan ketika Senin pekan lalu aku dan adiknya Mas mengabari keluarganya Mas melalui video call mereka sangat kaget sekaligus senang dengan penambahan berat badanku. Ternyata berita "kecil" seperti itu dapat membuat mereka senang.

Usai video call tersebut, aku iseng menimbang kembali di timbangan milik adiknya Mas. Ternyata hasilnya berbeda jauh dengan yang di apotek. Berat badanku hanya bertambah satu kilogram dari yang kutimbang sebulan lalu. Pun ketika Sabtu kemarin kembali menimbang di apotek yang berbeda, berat badanku hanya bertambah setengah kilogram dari yang kutimbang sebulan lalu. Tiba-tiba, aku jadi teringat tentang materi saat kuliah. Bahwa untuk mendeteksi atau mengukur kepribadian, intelegensi, atau gangguan psikologis seseorang itu tidak cukup hanya menggunakan satu alat ukur, tetapi banyak alat ukur. Seperti mengeck penambahan tersebut yang dilakukan di tiga tempat dan ternyata hasilnya berbeda. Meski pengecekan kedua dan ketiga hasilnya tidak begitu jauh. Hasil yang membuatku cukup sedih karena berat badanku hanya-segitu-segitu-saja dan cincinku pun masih harus dilingkari plester agar tidak jatuh saat dipakai.

No comments:

Powered by Blogger.