Di Balik "Ibumu, Ibumu, Ibumu"

Saturday, May 16, 2020


Beberapa hari lalu, aku membaca sebuah buku berjudul "Psychology from the Islamic Perspective" yang ditulis oleh Dr. Aisha Urtz. Ada hal yang menarik ketika Beliau membahas tentang "motherhood in Islam" atau hal-hal berkaitan dengan keibuan. Bahwa Islam begitu memuliakan peran ibu.

Mungkin kita pernah mendengar kisah pemuda yang bertanya kepada Rasulullah shallahu'alaihi wasallam. "Ya Rasulullah, dari semua orang, siapa yang paling berhak kuperlakukan dengan baik?" Rasulullah shallahu'alaihi wasallam menjawab, "Ibumu." Lalu pemuda itu kembali bertanya, "Lalu siapa lagi?" Rasulullah shallahu'alaihi wasallam kembali menjawab, "Ibumu." Pemuda itu bertanya lagi, "Lalu siapa lagi?" Lagi-lagi, Rasulullah shallahu'alaihi wasallam menjawab, "Ibumu." Pemuda itu pun kembali bertanya sekali lagi, "Lalu siapa lagi?" Rasulullah shallahu'alaihi wasallam menjawab, "Ayahmu."

Mengapa Rasulullah shallahu'alaihi wasallam sampai tiga kali menjawab "ibumu" ketika sang pemuda menanyakan hal tersebut? Ternyata karena Allah memang sudah memberikan peran yang begitu mulia untuk perempuan. Mengasuh, mengajar, dan membimbing adalah peran-peran yang menjadi alasan perempuan berhak untuk diberikan perhatian dan penghormatan. Apalagi Allah juga memberikan karakter unik untuk memenuhi peran tersebut, seperti rasa sensitif, sabar, dan belas kasihan.

Karakter tersebut cocok sekali bagi para perempuan yang diberikan "karir" keibuan, seperti hamil, melahirkan, menyusui, dan mengasuh anak. Karir yang tentu sulit dilakukan oleh laki-laki. Mungkin inilah yang membuat perempuan, dalam Islam, untuk lebih baik tidak bekerja di luar rumah. Karena Islam tahu bahwa tugas ibu saja sudah berat. Jadi, Allah dengan kasih sayangnya tidak ingin menambah beban bagi para perempuan yang akan atau telah menjadi ibu. Meski seringkali pernyataan "perempuan tidak boleh bekerja di luar rumah" menjadi anggapan bahwa Islam tidak membebaskan perempuan untuk mengaktualisasi diri dengan bekerja. Padahal, di balik larangan itu tentu ada alasan yang begitu baik untuk para perempuan.

No comments:

Powered by Blogger.