Dua Hal yang Boleh Membuat Kita Iri



Hari ke #332

Tidak bisa dimungkiri, seringkali kita--terkhusus aku--iri dengan apa yang dicapai oleh orang lain, apa yang dimiliki oleh orang lain. Merasa senang jika orang yang kita iri-kan tersebut susah. Sebaliknya, merasa sedih jika dia sedang senang. Padahal, jika dipikir-pikir buat apa merasa iri jika kita yakin bahwa semua orang memiliki rezekinya masing-masing. Semua orang memiliki kelebihannya masing-masing.

Pada dasarnya kita tidak boleh iri kepada orang lain. Namun, kata Ustadz Adi Hidayat, ada dua hal yang perlu kita iri dari orang lain yang tercantum dalam Alquran. Pertama, iri dengan orang yang dianugerahi Allah pengetahuan, ilmu, dan hafalan Alquran. Dia bukan hanya memiliki pengetahuan, ilmu, dan hafalan yang banyak, tetapi juga mengamalkannya siang malam, mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam hal itu, kita boleh sangat iri kepadanya. Apalagi jika usianya lebih muda dari kita. Namun, iri tersebut bukan dalam bentuk ingin menghilangkan hafalannya, tetapi dalam bentuk keinginan untuk menyusul pencapaiannya dalam menghafal. Melihat atau mencari tahu bagaimana dia berinteraksi dengan Alquran sehingga memiliki hafalan yang banyak. Bahkan mampu mengamalkannya dalam kehidupan. Dalam hal itu, kita harus iri, terlebih jika menyadari diri kita sulit menghafal sehingga hal tersebut dapat menjadi pemacu untuk menambah hafalan.

Kedua, iri dengan orang yang dianugerahi Allah harta yang berlimpah sehingga dapat menginfakkan harta tersebut di jalan tersebut. Sebenarnya makna infak begitu luas, bukan sekadar harta yang dimasukkan ke dalam kotak amal. Namun, dalam Alquran, infak dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, yaitu harta yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga inti yang disebut juga dengan nafkah. Dan kewajiban mencari nafkah tersebut berada di pundak laki-laki. Seperti dalam surat An-Nisa ayat 34 disebutkan bahwa laki-laki diberikan Allah kelebihan untuk mencari nafkah. Kelebihan itu jugalah yang membedakan laki-laki dan perempuan. Bagian kedua infak, yaitu harta yang Allah berikan berupa rezeki untuk kebutuhan satu keluarga. Jadi kita tidak boleh takut tidak akan memperoleh rezeki selagi kita yakin akan mendapatkannya. Serta yakin bahwa Allah telah memberikan rezeki ke masing-masing orang. Sebab, akan sia-sia apa yang kita lakukan jika tidak yakin akan hal tersebut.

Jadi, iri tidak boleh jika membuat kita merasa ingin menjatuhkan orang lain dan merasa senang jika dia sedang susah. Namun, iri sangat boleh kita rasakan jika pada ilmu dan harta seseorang yang digunakan di jalan Allah. Iri yang membuat kita terus berusaha untuk seperti mereka yang kita iri-kan.

No comments:

Powered by Blogger.