Menemani Berdakwah



Hari ke #228

Rezeki memang tidak pernah terduga dari arah mana datangnya. Dalam sepekan ini diberi kesempatan oleh Allah untuk menemani Mas mengisi ceramah. Pengajian pertama di sebuah rumah makan di daerah Sewon. Kebetulan pengajian tersebut diadakan oleh teman-teman guru sekolahnya Mas yang memang rutin diadakan setiap 2 bulan sekali. Kali pertama menemani Mas, terlebih bertemu dengan teman-teman kerjanya Mas rasanya sangatlah aneh. Rasanya begitu canggung dan kikuk. Apalagi ketika teman-temannya Mas memanggilku dengan namanya Mas. Rasanya masih aneh dan belum terbiasa.

Pun ketika pengajian kedua tadi, begitu aneh ketika semua warga RT setempat memandangku dan Mas yang baru saja datang. Aku yang tidak suka ketika ditatap ataupun menjadi pusat perhatian, membuatku berjalan dengan sangat canggung. Hampir-hampir salah tingkah. Apalagi ketika panitia tirakatan tadi memanggilku dengan namanya Mas. Mungkin aku harus membiasakan diri ketika ada yang memanggil seperti itu.

Ketika di perjalanan menuju tempat tirakatan tadi aku teringat betapa besarnya pengorbanan Khadijah kepada baginda Rasulullah. Mengerahkan tenaga, waktu, dan materinya untuk mendukung segala aktivitas dakwah Rasulullah SAW. Bahkan Khadijah merupakan orang pertama yang masuk Islam. Seseorang yang selalu mendukung Rasulullah SAW untuk berdakwah di tengah banyaknya kaum yang menentang Rasulullah SAW. Seseorang yang selalu menemani Rasulullah SAW dalam keadaan apapun. Termasuk saat Rasulullah SAW menggigil kedinginan usai menerima wahyu di Gua Hira, Khadijah dengan lembut memeluk Rasulullah SAW. Tidak ada pertanyaan "kenapa?" memberondong yang terucap dari bunda Khadijah.

No comments:

Powered by Blogger.