Mata yang Enak Dipandang: Sebuah Buku Tentang Mata Orang-orang yang Suka Memberi dan Cerita Lainnya



Hari ke #241

Judul: Mata yang Enak Dipandang
Penulis: Ahmad Tohari
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2015
Jumlah Halaman: 215

"Baru sekali ini sejak lahir sampai datang ajalnya tadi siang pada usia 69 tahun, Karsim merasa diakui keberadaannya. Dan tahulah dia sekarang, agar keberadaannya diakui orang, dia harus masuk dulu ke keranda dan diiring-iring ke kuburan (halaman 94)."

Penggalan kalimat tersebut terdapat dalam buku Mata yang Enak Dipandang. Sebuah buku yang berisi belasan cerita pendek milik Ahmad Tohari. Membaca satu per satu cerita pendek dalam buku ini terasa sekali kekhasan karya Ahmad Tohari.

Sama seperti karya lainnya, buku ini pun mengangkat cerita tentang kehidupan masyarakat, terutama di daerah pedesaan. Tema yang begitu dekat dengan realitas sosial yang ada membuat buku ini begitu nikmat untuk dibaca. Meski sebagian besar ditulis tahun 1980-an dan 1990-an.

Beberapa cerita pendek yang menarik di antaranya cerita pendek di halaman awal yang berjudul sama dengan judul buku ini. Bercerita tentang dua orang pengemis, yang satu buta, yang satu menjadi "mata" bagi sang buta tersebut. Dalam cerita tersebut mereka dapat membedakan mana orang-orang yang mau menyedekahkan uangnya kepada mereka, mana yang tidak. Mereka mengetahuinya dari mata sang empunya. Mereka menyebutnya dengan "mata yang enak dipandang". Sebab, menurut mereka, mata orang yang suka memberi itu enak dipandang.

Cerita lainnya berkisah tentang orang-orang yang menipu orang lain dengan cara mengarang cerita agar mendapat belas kasih orang lain. Tentang wanita yang memberikan penajem (syarat yang diberikan kepada dukun agar misinya berhasil) berupa kehormatannya sebagai pengalaris warungnya.

Juga tentang seorang petani yang meninggal ketika menyeberang jalan. Dalam cerita tersebut, pembaca--terutama para pengendara--serasa disindir. Sebab Karsim, tokoh dalam cerita tersebut mengatakan bahwa ketika masih hidup, dia susah sekali menyeberang jalan. Apalagi saat itu jalanan ramai oleh para pemudik. Namun, ketika dia baru saja meninggal dan sedang di keranda, dia "melihat" orang-orang, kendaraan-kendaraan seketika berhenti untuk mempersilakannya menyeberang.

No comments:

Powered by Blogger.