Memasak dan Perempuan



Hari ke #221


Salah satu kebiasaan baruku setelah menikah adalah masak. Dibanding Mas, skill masakku terbilang jauh sekali. Mungkin karena Mas sudah terbiasa memasak dibandingkan diriku. Bahkan menurut pengakuan Mas, dia sudah bisa masak sejak kecil. Sebab dia tidak ingin skill memasak sang Mama hanya berhenti di Mama, tidak menurun ke anak-anaknya. Alhasil, Mas pun termasuk orang yang jago masak, terutama masakan dapur.



Hampir setiap hari, setiap kali masak, Mas selalu membantu. Entah turun tangan secara langsung atau sekadar memberi instruksi. Ketika aku salah langkah pun, Mas menegurku. Misalnya seperti menggoreng bawang putih harus sampai cokelat, menggoreng bawang merah hingga warnanya berubah putih, dan lainnya. Hanya satu masakan yang menjadi keunggulanku dibanding Mas, yaitu menggoreng mendoan. Syukurnya aku masih ingat bumbu yang sering digunakan Ibu untuk membuat mendoan.



Sebagai perempuan, terkadang malu juga melihat sosok suami yang lebih jago masak. Sebuah aktivitas yang sangat lekat dengan perempuan. Kata seorang adik angkatan tempo hari, "sejago-jagonya (lelaki) masak, tetep aja minta dimasakin", dan ternyata memang begitu. Sebab salah satu hak suami adalah dilayani sang istri. Contohnya dengan memasak makanan. Dan meski bukan sesuatu yang primer, tetapi skill memasak bagi seorang perempuan ketika telah menikah itu penting juga. Bersyukurlah jika sebelum menikah sudah terbiasa memasak. Jika belum, belajarlah terus. Apalagi sekarang banyak buku resep maupun resep yang bertebaran di jagat internet. Atau bertanya kepada mertua, sembari mengeratkan hubungan. Atau jika suami terbiasa masak, bisa juga belajar ke suami, sekaligus dapat melakukan aktivitas memasak bersama.

No comments:

Powered by Blogger.