Menjadikan Rasulullah Sebagai Idola

Thursday, January 28, 2021



Ketika kita mengagumi, bahkan hingga mengidolakan public figure, artis, selebgram, atau siapapun itu, segala hal dalam hidupnya pasti akan memengaruhi diri kita. Meskipun itu sedikit. Mulai dari makanan yang dikonsumsi hingga perilaku mereka. Namun, sebagai manusia biasa, tentu mereka tidak terlepas dari dosa. Sayangnya, seringkali kita justru menganggap wajar "dosa" tersebut. Padahal, sebetulnya ada sosok yang paling pantas untuk kita idolakan. Sosok yang telah dipilihkan sendiri oleh Allah untuk kita jadikan teladan. Siapa? Beliau adalah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.


Rasulullah shalallahu alaihi wasallam adalah manusia terakhir yang diutus Allah untuk menjadi nabi dan rasul. Dalam sebuah kajian kitab 10 Qowaid Fii Tazkiyatun Nafs yang dulu pernah kuikuti, dijelaskan bahwa dalam diri Rasulullah shalallahu alaihi wasallam terdapat uswah dan qudwah. Apa itu uswah dan qudwah? Perbedaan kedua hal tersebut yaitu terletak pada bentuknya. Uswah memiliki arti panutan yang bersifat ilmu pengetahuan dan akhlak. Sementara qudwah memiliki arti panutan yang bersifat perbuatan. 


Mengenai uswah dan qudwah tersebut tercantum firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 21, "Sungguh ada dalam diri Rasulullah uswatun hasanah bagi seseorang yang mengharapkan Allah, hari akhir, dan zikir kepada Allah." Menurut Ibnu Katsir, ayat tersebut merupakan pokok paling besar di dalam penjelasan tentang keteladanan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, dalam ucapannya, dalam perbuatannya, dan dalam sikap-sikapnya.


Bukan hanya itu, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam juga memiliki keteladanan ketika lupa dan keliru. Seperti ketika Beliau sedang salat bersama para sahabatnya, seharusnya mereka salat Isya empat rakaat, tetapi mereka hanya salat dua rakaat. Akhirnya, usai salat para sahabatnya memberi tahu jika masih kurang dua rakaat. Beliau pun berbesar hati untuk mengakui kekeliruannya tersebut lalu mengajak umatnya untuk melakukan sujud sahwi. Maka, tidak mengherankan jika keteladanan pada diri Beliau begitu totalitas. Lalu ketika kita mengikuti Beliau, itu merupakan bukti cinta kepada Allah.


Mengimani adanya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan para nabi dan rasul lainnya merupakan rukun iman yang keempat. Sebab, mereka adalah para dokter yang mengobati jiwa manusia yang kotor. Mereka yang paling tahu cara dalam membersihkan hati sehingga kita diperintahkan untuk mengikuti apapun yang dilakukannya . Pun tidak boleh menjalankan ibadah atau amalan yang tidak diajarkan oleh para rasul. Sebab ibadah yang tidak disunahkan rasul tidak akan diterima, sebaliknya justru mendapat kerugian. Seperti amalannya tidak diterima oleh Allah SWT, jika amalannya untuk tazkiyatun nafs maka tidak akan tercapai, dan mengubah atau menambah syariat. Kerugian itulah yang membuat penyakit dalam diri manusia itu semakin hari semakin kuat.

No comments:

Powered by Blogger.