Umar dan Hirun

Sunday, January 19, 2020



Kemarin pagi, ketika hampir selesai menyapu halaman rumah, tiba-tiba terdengar suara tangis Umar yang pecah. Kubergegas masuk ke kamar dan mendapati Umar tengah duduk sembari menangis tersedu. Raut wajahnya masih terlihat kuyu dan mengantuk.

Segera kudekapnya dan kubawa ke halaman depan rumah. Kutaruh dirinya yang masih setengah mengantuk di kursi. Syukur, tubuhnya tidak oleng. Lalu kulanjutkan pekerjaanku.

Tidak berselang lama, datanglah Hirun, kucing yang kerap datang ke rumah karena sering diberi makan. Melihatnya, sontak membuat matanya Umar berbinar. Tubuhnya sudah bersiap untuk mendekat. Namun, sekejap kemudian Hirun meloncat ke kursi.

Umar semakin kegirangan melihat Hirun yang hanya beberapa jengkal darinya. Tangannya sudah bersiap untuk memegang. Hingga...

"Jangan dipegang ya kucingnya," cegahku. Umar langsung menatapku sembari tersenyum lebar. Di satu sisi, hatiku terasa meleleh. Di sisi lain, kupikir Umar menuruti apa yang kukatakan. Sebab, kupikiran itu jawaban "ya". Ternyata bukan.

Hingga beberapa detik setelahnya...tangannya Umar berhasil memegang ekor Hirun. Raut wajahnya penuh kemenangan. Sementara, hatiku berdebar, takut Hirun mencakar Umar. Syukur, ketakutanku tidak terwujud. Malahan Hirun hanya menatap sekilas wajah Umar. Tidak memberontak sedikit pun.

No comments:

Powered by Blogger.