Dari Menikah, Aku Belajar: Menghargai Waktu (Luang)

Monday, January 20, 2020


Teringat sebuah kalimat temanku di suatu sore, "Mereka tidak tahu betapa berharganya waktu (luang) ketika zaman gadis." Sebuah kalimat yang membuatku mengangguk sepakat.

Dari menikah, aku belajar bahwa waktu itu begitu berharga. Sebelum menikah, pergi ke manapun terasa mudah. Pergi ke kajian atau majelis ilmu apapun terasa gampang. Kalau mau pergi, tinggal pergi. Tidak peduli jarak yang jauh.

Setelah menikah, ada izin yang harus kita raih sebelum berangkat ke suatu tempat atau suatu majelis ilmu. Ada hak suami dan anak yang harus dipastikan terpenuhi sebelum kita berangkat. Ada rumah yang dipastikan beres sebelum pergi. Pun ada banyak barang yang perlu dibawa.

Dari menikah, aku belajar menghargai waktu. Ketika "me time" terasa benar-benar "me time". Ketika "me time" dapat kita nikmati tanpa suara suami yang minta bantuan. Atau tanpa tangisan anak yang membutuhkan perhatian.

Seringkali kita tidak menghargai waktu (luang), menyia-nyiakannya, dan memilih untuk lebih banyak melakukan sesuatu yang kurang bermanfaat. Lalu kita menikah dan mempunyai anak "waktu sendiri" kita pun mulai terbagi, untuk suami dan anak. Hingga kita merasa "kok lebih enak dulu ya?" atau "kok mereka enak ya, belum nikah jadi bisa pergi bebas ke majelis ilmu". Padahal, seringkali kita sendiri yang menjadikannya demikian hingga akhirnya berujung pada "pengandaian".

No comments:

Powered by Blogger.