Sekilas Tentang MP-ASI

Wednesday, January 15, 2020


Jumat lalu, aku kembali mengikuti kuliah WhatsApp-nya (kulwap) @healthcarepedia.id. Kulwap kali ini membahas tentang seluk beluk MP-ASI yang dibawakan langsung oleh mbak @lisaindraswari. Meski sudah sebulan lebih Umar MP-ASI, aku merasa tetap harus belajar tentang MP-ASI lagi. Karena MP-ASI tidaklah mudah.

Selama masa kehamilan, sepertinya aku belum begitu mengenal, apalagi paham tentang MP-ASI. Meski begitu, kutahu bahwa setelah usia 6 bulan bayi sudah boleh makan. Namun, istilah MP-ASI sendiri baru kumengerti setelah ada Umar.

MP-ASI merupakan singkatan dari makanan pendamping ASI. Disebut "pendamping" karena kebutuhan ASI masihlah dominan, yakni sekitar 65-80%. Meski "pendamping", MP-ASI merupakab salah satu dari empat standar emas pemberian makan yang disarankan WHO yang mendukung program 1000 hari pertama kehidupan manusia.

Pada dasarnya MP-ASI dimulai ketika usia 6 bulan atau 180 hari. Sebab, pada usia tersebut, kebutuhan gizi bayi sudahlah meningkat, terutama kebutuhan zat besi sudah tidak tercukupi dengan ASI. Selain itu, lambung bayi dirasa juga sudah cukup kuat untuk menerima makanan. Pun pada usia itu, bayi sudah mulai dapat duduk mandiri. Meski begitu, beberapa bayi sudah melakukan MP-ASI sebelum usia 6 bulan. Namun, hal itu haruslah atas advis dokter spesialis anak.

Ada empat kebutuhan pokok dalam MP-ASI, yaitu karbohidrat, protein, lemak, buah atau sayur. Porsi buah atau sayur ini tidak boleh banyak-banyak karena mengandung serat yang cukup tinggi hingga dapat membuat anak sembelit. Sehingga buah dan sayur hanyalah sebagai pengenalan saja. Kebalikan dengan orang dewasa yang harus banyak makan buah dan sayur agar tidak sembelit.

Dari MP-ASI ini Umar belajar berbagai hal. Bukan hanya belajar makan dan mengenal rasa, tetapi juga belajar adab makan. Bahwa makan haruslah diawali dengan basmalah, duduk, tidak boleh bermain atau sambil jalan-jalan, lalu diakhiri dengam hamdalah. Pun, dari MP-ASI aku belajar untuk menguatkan doa dan istighfar, serta menurunkan ekspektasi. Sehingga tidak berfokus pada hasil, tetapi pada proses. Pun jadi lebih mensyukuri setiap suapan makanan yang masuk ke mulut Umar.

No comments:

Powered by Blogger.