Kacamata Kebersyukuran: Tiga Hal yang Kusyukuri

Saturday, May 15, 2021


 


Idulfitri tahun ini kami kembali hanya merayakannya bertiga di tanah perantauan. Lagi-lagi tidak mudik dan bisa berkumpul dengan orang tua. Sedih? Tentu saja. Namun, kalau dilihat lagi dari sisi yang lain, tentu banyak hikmah yang sebenarnya membuat diri ini lebih bersyukur.


Pertama, masih bisa berkumpul dengan Mas dan Umar, meskipun tidak bisa berkumpul dengan keluarga lainnya. Kalau kita melihat dengan kacamata ketidakbersyukuran, pasti kita akan meratapi diri yang tidak bisa berkumpul dengan keluarga. Pun merasa biasa saja berkumpul dengan pasangan dan anak karena bertemu setiap hari. Sebaliknya, kalau menggunakan kacamata kebersyukuran, tentu kita akan menyadari bahwa hal tersebut adalah nikmat Allah yang begitu berharga dan patut disyukuri. Apalagi jika kita mengingat saudara kita yang ada di Palestina, banyak dari mereka yang kehilangan pasangan, anak, dan keluarga lainnya sehingga tidak bisa merayakan idulfitri dengan orang terdekat.


Kedua, masih diberikan nikmat kesehatan. Ketika sehat, seringnya aku merasa lupa bahwa itu adalah sebuah nikmat yang begitu luar biasa. Saking lupanya sampai-sampai tidak bisa menjaga nikmat tersebut dengan begitu baik. Lalu ketika sakit, kita baru tersadar betapa berharganya nikmat sehat tersebut.


Ketiga, masih bisa beribadah dengan tenang. Kalau tidak melihatnya dengan kebersyukuran, mungkin kita merasa biasa saja bisa salat berjamaah di masjid. Walaupun masih pandemi, setidaknya kita bisa kembali salat fardu, tarawih, dan id secara berjamaah di masjid-masjid dekat rumah. Tidak seperti Ramadhan dan idulfitri tahun lalu yang sama sekali tidak diizinkan.


Kalau kita melihatnya dengan kebersyukuran, hal tersebut menjadi salah satu yang harus disyukuri juga. Apalagi kita masih mengerjakannya dalam lingkungan yang tenang dan mendukung untuk beribadah. Berbeda dengan saudara kita di Palestina yang diusik ibadahnya dan diserang ketika salat tarawih oleh kaum Zionis. Dalam kondisi "normal" saja sering tidak khusyuk, apalagi jika mengalami apa yang dirasakan saudara kita di Palestina tersebut.


Kalau ditulis seperti itu, ternyata banyak sekali nikmat yang kudapatkan dan memang nikmat dari Allah itu tidak pernah kurang. Namun, seringnya manusia yang lupa bahwa nikmat dari Allah itu begitu banyak. Sebab, kita, apalagi aku, lupa untuk selalu memakai kacamata kebersyukuran ketika menerima atau mengalami sesuatu. Semoga kita bisa menjadi orang yang lebih sering untuk bersyukur.

No comments:

Powered by Blogger.