Kondisi Psikologis Ibu Hamil



Hari ke #341

Sabtu kemarin, kali kedua ke Puskesmas, setelah menjalani ritual menunggu dan menunggu, ada satu hal menarik yang kudapatkan. Sebuah hal yang menjadi benang merah yang sama dari konsultasi dan konseling dengan bidan dan psikolog kemarin. Sebuah hal yang mungkin tanpa sadar kulupakan. Bahwa kondisi psikologis dan konsisi fisiologis itu sangat berkesinambungan. Apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan sangat memengaruhi kondisi fisiologis kita. Termasuk pada ibu hamil.

Setelah berkonsultasi ke poliklinik KIA, aku dirujuk untuk konseling dengan psikolog. Di poliklinik psikologi, aku mengajak Mas untuk masuk ke ruangan. Berbelas menit berkonseling, di akhir sesi aku diberi sebuah brosur tentang stres saat kehamilan dan persalinan. Setelah membacanya, ternyata isi brosurnya sangat menarik dan dapat menjadi salah satu bekal bagi seorang ibu hamil dan menghadapi kehamilannya dan proses persalinan nanti.

Di brosur tersebut dijelaskan tiga tahap stres pada ibu hamil. Pertama, pada triwulan pertama atau trimester awal. Pada tahap ini, seorang ibu hamil harus beradaptasi dengan keadaan tubuhnya. Sebab, tubuh mulai mengalami perubahan fisik dan perubahan hormon sehingga memengaruhi kondisi psikologis ibu hamil. Salah satu contohnya morning sickness atau mual-mual yang biasanya dialami ibu hamil pada malam hari. Namun, tidak semua ibu hamil mengalaminya. Ada yang tidak mengalaminya sama sekali. Sebaliknya, ada juga yang mengalaminya sepanjang hari. Dengan demikian, butuh kesabaran ketika di bulan-bulan awal ini. Pun kondisi psikologis kita perlu dikuatkan untuk menghadapinya dengan baik.

Kedua, triwulan atau trimester kedua. Setelah pada bulan-bulan awal ibu hamil beradaptasi dengan fisiknya, memasuki bulan keempat ini mereka sudah mulai terbiasa dengan kondisinya. Namun, kata psikolog di Puskesmas, pada triwulan kedua ini, seorang ibu hamil mengalami kondisi psikologis yang semakin tidak menentu, pun begitu sensitif. Di buku lain disebutkan jika setelah memasuki minggu kedua puluh, setelah anggota tubuh janin sudah lengkap, emosi ibu hamil sangat berpengaruh kepada janinnya. Apalagi pada tahap ini, ibu hamil mulai merasa khawatir dengan kondisi janinnya. Dengan demikian, pada triwulan kedua harus semakin meningkatkan dan menguatkan iman sehingga dapat memengaruhi psikologis sang ibu hamil dan juga janinnya.

Ketiga, triwulan atau trimester ketiga. Pada tahap terakhir ini, kondisi fisik seorang hamil sudah terlihat jelas. Pun ibu hamil sudah banyak merasakan gerakan janin yang ada dalam perutnya. Di brosur ini dijelaskan bahwa kondisi fisik tersebut dapat meningkatkan stres pada ibu hamil. Dan semakin tinggi tingkat stresnya ketika akan memasuki waktu persalinan. Seorang ibu hamil merasa cemas karena memikirkan proses melahirkan serta bagaimana kondisi bayinya nanti.

Untuk mengatasi stres tersebut, ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Seperti, berpikir positif, tidak terlarut dalam masalah, melakukan aktivitas yang menyenangkan bagi ibu hamil, perbanyak informasi tentang kehamilan, dan dukungan dari orang terdekat. Jika tidak segera diatasi, akan berpengaruh pada kondisi janin yang sedang dikandungnya. Jadi, selain menjaga makanan, juga harus benar-benar harus menjaga psikologis. Sebab, kehamilan adalah suatu anugerah Tuhan yang tidak ternilai. Sebuah anugerah yang tidak boleh disia-siakan kedatangannya. Harus betul-betul dijaga hingga proses persalinan nanti tiba.

No comments:

Powered by Blogger.