Sebuah Notula: Empat Hal Penting Saat Berhijrah

Sunday, January 06, 2019


Hijrah bukan hanya berpindah dari satu negeri ke negeri lain, tetapi juga berpindah kepada Allah dan rasul-Nya. Proses hijrah pun berlangsung lama, tidak terbatas oleh waktu. Begitulah makna hijrah yang disampaikan oleh Ustadz Cholid Mahmud di sebuah kajian beberapa hari lalu.

Selain Ustadz Cholid Mahmud, di kajian tersebut juga diisi oleh Ustadz Salim A. Fillah yang membahas mengenai hal penting yang harus dimiliki saat berhijrah. Setidaknya ada empat hal yang dimaksud oleh Ustadz Salim A. Fillah, di antaranya:

1. Mau berkorban

Hijrah merupakan langkah awal dari tidak atau kurang baik menjadi lebih baik. Maka dari itu, tentu ada sesuatu yang harus ditinggalkan oleh setiap orang. Biasanya sesuatu yang ditinggalkan tersebut berkaitan dengan hawa nafsu. Jadi, setiap orang yang berhijrah harus mau berkorban untuk meninggalkan hal-hal yang dulu menjadi kesenangannya. Namun, dalam surat An-Nisa ayat 100, Allah berkata akan memberikan hadiah terbaik untuk orang yang berhijrah.

Seperti halnya Nabi Musa yang hijrah dari Mesir menuju Madinah karena tidak sengaja membunuh salah satu pasukan Firaun. Beliau melakukan hijrah untuk menembus dosa-dosanya. Dalam proses hijrahnya, Beliau begitu menyesal dan terus memohon pertolongan Allah. Berkat kesalehannya, yang mau menolong orang lain di saat diri sendiri sedang membutuhkan pertolongan, serta menjaga pandangan, Nabi Musa mendapat hadiah terbaik dari Allah. "Hadiah" tersebut berupa dipertemukan dengan perempuan yang menjadi jodohnya. Serta selamat dari orang-orang zalim. Ternyata Allah memang akan mengganti yang lebih baik jika kita meninggalkan sesuatu (yang haram) karena Allah.

Jadi, hijrah memang kudu wani getih. Harus mau berkorban, harus berani mengambil risiko.

2. Berani bersandar hanya kepada Allah (bertawakal)

Dalam berhijrah, kita memerlukan tawakal kepada Allah. Menyandarkan diri 100% hanya kepada Allah. Menunda segala kesenangan duniawi demi tawakal kepada Allah. Dan jangan bersandar kepada makhluk. Sebab, Allah akan menjamin kita sepenuhnya, akan melindungi kita jika kita bertawakal kepada-Nya.  

3. Mau terus belajar

Setelah memutuskan untuk berhijrah, kita tidak boleh puas dalam titik "sudah berhijrah". Kita harus terus belajar, memenuhi diri kita dengan ilmu agama. Pun untuk menyamakan ketertinggalan kita dibanding teman-teman yang sudah lebih dulu belajar ilmu agama. Dari terus belajar itu jugalah nanti kita akan terus menemukan kekurangan dalam diri. Orang yang mampu melihat dirinya ada kekurangan, maka dia akan meraih keistikamahan.

4. Berani merendahkan hati (tawadhu)

Setelah berada di titik "sudah berhijrah" dan memiliki banyak ilmu agama, kita tetap harus tawadhu. Jangan merasa lebih baik dari orang lain. Jangan sombong karena telah berhijrah. Jangan sampai hijrah kita hanya memindah dosa satu ke dosa yang lain. Sebab, salah satu cara setan menjerumuskan manusia adalah dengan memunculkan sifat kesombongan. Biasanya setan melakukan ini kepada orang-orang yang sudah memiliki banyak ilmu.

Kita harus meniru orang zuhud yang setiap bertemu orang lain, mereka merasa orang lain lebih baik darinya. Mereka sudah tahu bahwa satu-satunya ukuran yang boleh digunakan untuk menilai orang lain adalah ketakwaan. Jadi, berjuanglah untuk bertakwa dan jangan meremehkan orang lain. Sebab, kita tidak tahu seberapa kedekatan dia dengan Allah.


No comments:

Powered by Blogger.