Mengapa Ada Orang yang Ateis, Agnostik, dan "Islam KTP"?

Monday, November 07, 2022



Beberapa bulan lalu, aku pernah menonton acara Game Changer di channel YouTube-nya Ala Nabi yang dibawakan oleh Dewi Sandra. Kebetulan sekali video yang kutonton ternyata episode pertama acara tersebut. Meski begitu, temanya begitu deep karena membahas tentang cara menemukan keberadaan Tuhan. Pada menit-menit awal, Ustadz Weemar menjelaskan tentang empat jenis manusia berdasarkan keimanannya yaitu ateis (tidak percaya Tuhan dan agama), agnostik (percaya Tuhan tetapi tidak memilih agama apapun), believer (Islam KTP saja), dan obedient (percaya agama dan taat menjalankan ibadah serta aturan). Menurutku penjelasan Beliau sangatlah simpel, tetapi logis dan mendalam.


Insight yang kudapat dari keempat jenis tadi ternyata memiliki benang merah yang sama yaitu "strong why". Ketika kita paham "strong why" harus mengenal Allah, menjalankan salat, mengimani 6 rukun iman, maka kita akan bahagia dan semangat saat harus melakukan itu. Sementara, ketika belum paham "strong why"-nya, akan membuat kita malas-malasan dalam beribadah dan belajar agama, membuat kita enggan menjalankan ibadah meski tetap muslim (yang seringkali disebut "Islam KTP", hingga bisa membuat kita menjadi agnostik atau ateis.


Sayangnya, tidak semua dari kita dibekali agama yang cukup oleh orang tua kita. Mungkin orang tua kita langsung mengajarkan "what and how" dibandingkan "why" harus salat sehingga kita merasa salat itu sebuah kewajiban, padahal sebetulnya salat itu kebutuhan. Pun di sekolah sama, kita lebih sering diajarkan tentang "what and how" dibanding "why". Hal itu membuat fenomena "Islam KTP", agnostik, dan ateis menjadi sesuatu yang mungkin kita temui di sekitar, terutama yang "Islam KTP". Ada yabg mengaku Islam, tetapi tidak salat, tidak puasa, tidak membaca Alquran. Ada yang mengaku Islam, tetapi enggan belajar lebih banyak tentang Islam. Makanya, penting sekali untuk menemukan "strong why" dan mengajarkannya ke anak-anak kita.



2 comments:

  1. Iya, ya, lebih sering diajarkan praktikalnya aja tapi alasannya nggak dijelaskan. Good point, Mbak

    ReplyDelete
  2. Strong why emang sangat penting, sebagai sarana buat meluruskan niat, jadi goal nya jelas. Terima kasih mba reminder bangeeet

    ReplyDelete

Powered by Blogger.