Ketika Jiwa Inferioritas Meronta

Tuesday, July 21, 2020


Adanya media sosial, adanya dunia maya, tidak bisa dipungkiri menjadi ajang "pamer" bagi siapapun. Entah apa yang kita miliki atau apa yang kita bisa lakukan. Mungkin kita menjadi bagian yang iri, minder dengan orang lain. Namun, mungkin juga tanpa disadari kita juga termasuk yang membagikan "kepameran" tersebut. Meski hanya sepatah kata atau sebuah foto, ternyata dapat membuat jiwa inferior orang lain meronta.

Tidak bisa dipungkiri, seringkali aku menjadi bagian yang merasa iri. Terlebih ketika mendapati banyak hal yang dimiliki oleh teman sebayanya Umar, tetapi belum bisa aku dan Mas berikan kepada Umar. Namun, seringkali rasa iri itu kutampik ketika menyadari kondisi ekonomi setiap orang, setiap keluarga tidaklah sama. Pun aku teringat sebuah nasehatnya Mas ketika suatu hari aku meminta sebuah barang karena melihat orang lain.

"Jangan sering liat ke atas dek karena banyak yang ada di bawah kita," ujar Mas. Ya, jika dinalar, kalau kelamaan melihat ke atas tentu membuat leher kita lelah. Begitupun ketika kita terlalu sering melihat orang lain yang lebih mampu secara ekonomi, rasanya pasti akan lelah jika terus-menerus memendam iri.

Apalagi jika kita menyangsikan nikmat-nikmat lainnya yang telah Allah beri kepada kita. Malah membuat kita menjadi kufur nikmat. Padahal jika kita melihat ke jalanan, emperan toko, kita akan menemukan orang-orang yang jauh tidak lebih beruntung dari kita, yang tidak memiliki tempat tinggal layak.

Setelahnya, kita akan menyadari juga bahwa kita tidak bisa mengendalikan orang lain untuk membagikan cerita, foto tentang apa yang mereka miliki. Namun, kita dapat mengendalikan diri untuk tidak merasa iri, minder, inferior. Caranya, tentu dengan terus bersyukur atas apa yang telah Allah beri.

No comments:

Powered by Blogger.