Dari Umar, Aku Belajar: Belajar Emosi

Monday, March 02, 2020



Dulu, ketika kuliah pernah dijelaskan bahwa emosi--baik positif maupun negatif--itu bawaan sejak lahir. Pun begitu dulu nonton Inside Out, ada bayangan bagaimana seorang bayi bisa merasakan berbagai emosi sejak masih dini. Pun bagaimana sebuah emosi bisa muncul dan berkembang sejak bayi. Namun, baru ketika ada Umar, kudapati contoh yang sesungguhnya.

Bagaimana dia begitu senang dan secure ketika ada orang-orang di dekatnya, terutama Bunda dan Abatinya. Hingga seringkali dia tidak mau terlelap kembali ketika dini hari mendapati orang tuanya sedang berbincang. Wajahnya ceria, meski badannya oleng. Berusaha mengajak bermain, tapi raga jelas menunjukkan kantuk. Padahal biasanya saat terbangun, dia bisa langsung terlelap kembali.

Bagaimana dia begitu sedih, takut, dan insecure ketika bersama orang lain atau saat melihat tidak ada orang di sampingnya ketika dia terbangun. Melirik ke arah Bundanya sebelum akhirnya air matanya jatuh karena merasa tidak nyaman saat bersama orang lain. Menangis begitu kencang, dan semakin kencang ketika tidak ada yang bergegas menghampiri. Atau segera merangkak turun, menghampiri setiap ruangan ketika masih juga belum ada yang datang.

Bagaimana dia merasa dicuekin ketika tiba-tiba aku pergi sebentar atau saat aku sedang salat. Padahal aku selalu salat di sampingnya supaya dia dapat melihatku. Namun, dia tetap menangis sesenggukan. Merangkak menghampiri dengan tersedu. Lalu tangannya dibentangkan, minta digendong.

Bagaimana dia begitu jijik dan geli ketika melihat, menyentuh, serta memakan benda atau makanan yang belum pernah dipegang atau dimakan. Memakan buah jeruk yang agak masam wajahnya jelas menyuratkan keanehan. Lalu ketika menyentuh buah rambutan, dipegang sebentar, dia langsung menarik tangannya kembali. Namun, dia tetap ingin mencoba menyentuh rambutan, lalu hal yang serupa terulang lagi. Begitupun ketika menyentuh salak. Kulitnya yang lebih tajam dari rambutan, jelas membuatnya bergidik. Namun, anehnya dia justru terus menggenggam erat.

Pun bagaimana dia begitu kaget ketika ada suara keras. Terperanjat hingga memelukku atau Abati. Terperanjat hingga bergegas menaiki kasur.

No comments:

Powered by Blogger.