(Berusaha) Memecahkan Sandi di Museum Sandi

Sunday, March 15, 2020


Kemarin kami pergi ke acara first gathering calon anggota baru @flpyogya dan rapat di Museum Sandi yang berada di Kotabaru. Usai rapat selesai, mumpung berada di museum, kami pun masuk ke dalamnya. Setelah mengisi buku tamu, kami diputarkan sebuah film tentang sejarah persandian di dunia dan Indonesia. Sebuah film yang menarik. Karena dari film tersebut, aku baru tahu bahwa bapak kriptografi itu ilmuwan muslim yang bernama Al-Kindi.

Dari penjelasan petugas museum, kutahu bahwa Al-Kindi yang menemukan huruf "0", yang tidak ada dalam huruf Romawi. Hal yang membuatku takjub ternyata Beliau menemukannya lantaran terinspirasi dari mushaf, Alquran. Sebab, kebudayaan Arab saat itu juga tidak mengenal huruf "0". Dari mushaf juga, Beliau tahu bahwa ada satu huruf yang paling sering muncul, yaitu Alif (A). Ternyata, dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia juga ada huruf serupa yang sering muncul. Seperti dalam bahasa Indonesia ada huruf A dan dalam bahasa Inggris ada huruf I (ai). Huruf A itu jugalah yang menjadi pedoman dalam membuat dan memecahkan sandi.

Usai menonton film, kami diajak seorang petugas untuk mengeliling ruangan lain. Batinku, "wah, jarang-jarang ke museum bisa dipandu gini." Kami pun menjelajah sejarah persandian di dunia yang dimulai bangsa Sumeria hingga Indonesia yang mempunyai "seorang" dr. Roebiono Kertopati. Seorang dokter di Kementerian Pertahanan RI yang ternyata menciptakan kode-kode rahasia yang tercantum dalam Buku Kode Rahasia C yang menjadi panduan hingga saat ini. Tidak heran jika Beliau dijuluki bapak sandi Indonesia. 

Selama berada di Museum Sandi kemarin, Aku merasa begitu takjub. Ternyata, di samping para pahlawan yang berjuang melawan penjajah dan memperjuangkan kemerdekaan. Ada juga jasa para sandiman, seseorang yang bertugas mengantar sandi dari pengirim ke penerima pesan. Mengayuh sepeda dari satu tempat ke tempat lain. Menjaganya dengan begitu baik agar sampai ke penerima pesan. Sebab, sebagian besar sandinya berupa perintah dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Setelah menjelajahi sejarah persandian, kami juga diajak mengenal mesin sandi dan sejarah pendirian Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN). Jika dalam ruangan sejarah persandian, barang-barangnya berupa replika, di ruangan itu mesin sandinya merupakan barang asli yang dulu sempat dipakai. Selain mesin sandi, ada sesuatu yang cukup menarik perhatian kami, yaitu sebuah kertas berupa kumpulan beberapa huruf yang tertempel di dinding ruangan. Kami sudah menebak jika itu sebuah sandi, tetapi kami tidak tahu apa isi pesannya. Seperti yang dikatakan petugas museum tersebut, bahwa seringkali kita dapat membaca kode tetapi tidak dapat membaca pesannya. Sebab, hasil cetak mesin sandi pun masih berupa sandi.

Demi mengurangi rasa penasaran kami, petugas museum memberi klu bahwa itu adalah pesan dalam bahasa Indonesia. Kami pun diminta untuk mengganti huruf yang paling sering muncul di pesan tersebut dengan huruf A. Sayangnya kami belum berhasil memecahkannya. Hingga petugas museum itu memberi kami sebuah kertas bernama "Caesar Cipher", pedoman sederhana dalam memecahkan sandi yang dicetuskan oleh Julius Caesar. Setelah mencocokan dengan kumpulan huruf yang tertempel di dinding itu, kami pun tahu bahwa pesan itu berbunyi "sandiman".

No comments:

Powered by Blogger.