Sebuah Pesawat Kertas: Mimpi dan Realita

Sunday, December 31, 2017


Mimpi itu layaknya pesawat kertas. Kita harus tahu apa yang menjadi tujuan. Terbang ke angkasa atau menjatuhkan diri ke tanah. Pun harus tahu ke mana arah kita terbang. Ke utara, timur, selatan, barat, timur laut, tenggara, barat laut, ataukah barat daya? Tidak cukup sampai di situ. Layaknya perjalanan lainnya, banyak aral yang harus siap kita hadapi. Angin yang terlalu kencang hingga membuat kita oleng dan terjatuh. Atau tersangkut di kabel listrik hingga membekukan langkah kita untuk bergerak.

Ketika urusan akademik usai, akan bermunculan pertanyaan-pertanyaan lain, entah akan diutarakan oleh orang lain, atau oleh dirimu sendiri. Mau lanjut S2/profesi atau kerja? Sebenarnya pertanyaan-pertanyaannya terlihat klise, tetapi untuk menjawabnya tidak "seklise" itu. Aku jadi ingat ketika gladi bersih wisuda di fakultas bulan lalu. Dibanding gladi bersih, sebenarnya lebih tepat disebut dengan pembekalan pasca wisuda. Acara tersebut menghadirkan seorang alumni yang karirnya sukses, pun memiliki kegiatan sosial yang masih dapat diurus di tengah kesibukannya.

Dia menuturkan bahwa kami, calon wisudawan, harus tahu tujuan yang akan diambil ketika tidak lagi berstatus sebagai mahasiswa. Apakah akan bekerja atau lanjut S2/profesi. Pun ketika memutuskan untuk bekerja, harus tahu apa tujuan bekerja. Apakah untuk mencari kesenangan sehingga mencari pekerjaan yang diminati. Ataukah untuk mencari uang yang banyak sehingga mencari pekerjaan yang bergaji besar, meski mungkin bukan yang diminati. That's why seorang mahasiswa yang baru atau akan melepas status kemahasiswaannya harus mengerti apa yang menjadi kebutuhan. Ketika kita tahu apa yang kita butuhkan, maka kita tahu harus ke mana, kata dia.

Sejak detik itu hingga sekarang, perkataan itu selalu terngiang di benak, terlebih ketika diri ini merasa lelah bekerja. Aku berpikir, dan terus berpikir mengenai alasan aku bekerja di tempat ini. Setelah melalui kontemplasi terus-menerus, aku menyadari beberapa hal. Bahwa Allah mengabulkan salah satu doaku, yaitu bekerja di antara buku-buku dan kata-kata. Meski di sisi lain aku merasa kufur nikmat, why librarian? Bahwa aku bekerja di sini bukan semata karena gaji atau fasilitas lainnya, melainkan karena aku ingin belajar. Tentang parenting, membentuk keluarga, perkembangan anak, berkomunikasi dengan orang lain--entah pengunjung, rekan kerja, atau atasan--, dan lain sebagainya. Dan beberapa hari belakangan tiba-tiba saja aku ingin mendalami Psikologi Industri dan Organisasi (PIO). Sepertinya "mengurus" orang lain di lingkungan kerja itu menyenangkan, batinku.

8 comments:

  1. hidup memang sulit ditebak, mimpi kadang tidak terwujud. tapi yakinlah Tuhan pasti memberikan yang terbaik bagi hambanya :) salam sinizam.com

    ReplyDelete
  2. Mimpi emang harus dikejar tapi di sisi lain kita harus yakin bahwa rencana Tuhan tetaplah yg terbaik untuk kita. So bekerjalah dg giat dan jgn lupa bersyukur.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget :"
      Makasih udah mengingatkan. Jangan lupa bersyukur juga

      Delete
  3. memang kadang jenuh sering melanda ya, tp niat awal hrs treus disemangati

    ReplyDelete

Powered by Blogger.