Coco: Perjuangan Meraih Mimpi dan Keluarga

Wednesday, December 06, 2017


Judul : Coco
Pengisi Suara : Anthony Gonzales, Gael Garcia Bernal, Renee Vector, Benjamin Bratt, Alanna Ubach, Jaime Camil, 
Genre : Animasi Musikal
Sutradara : Lee Unkrich
Tanggal Rilis : 22 November 2017
Durasi : 93 menit
Produksi : Disney/Pixar


That is what families are supposed to do, support you.”–Miguel.

Apa jadinya jika mimpi kita bertentangan dengan peraturan yang ada di keluarga? Apa jadinya jika tidak ada satu pun orang yang mendukung kita untuk meraih mimpi? Sekalipun itu keluarga kita. Pernahkah merasakannya? Atau malah, sedang merasakannya? Jika iya, mungkin kalian senasib dengan  Miguel, tokoh utama dalam film Coco, film animasi terbaru Pixar dan Disney. 


Miguel, seorang anak yang tinggal di Mexico, di mana musik seakan bertebaran di seluruh penjuru. Tidak heran jika dia pun ingin sekali menjadi musisi. Sayangnya, impian tersebut tidak mendapat dukungan dari keluarganya. Bahkan musik menjadi hal terlarang di dalam keluarganya. Ketika ada grup musik yang melintas di rumahnya, sang nenek buru-buru membawa Miguel masuk ke dalam rumah. Begitu halnya ketika Miguel akan memperlihatkan kepiawaiannya tersebut ke pelanggan semir sepatunya yang juga musisi. Baru saja akan memetik senar sang nenek langsung bereaksi. Menghajar sang pelanggan lalu membawa Miguel pergi dari alun-alun. 

Ketidaksukaan keluarga Miguel terhadap bahkan hingga menjadi hal terlarang memang bukan tanpa alasan. Jauh sebelum Miguel lahir, kakek dan nenek buyutnya adalah penyuka musik. Bahkan sang kakek buyut adalah seorang musisi. Namun, ketika Mama Coco (nenek Miguel) masih kecil, sang kakek buyut justru lebih memilih karir di dunia musik dibanding Mama Coco dan Mama Imelda (ibu Mama Coco). Lalu Mama Imelda memutar otak agar dapat menghidupi diri dan anaknya. Akhirnya dia memutuskan untuk membuka usaha pembuatan sepatu dan membuang segala hal tentang musik. Usaha pembuatan sepatu itu ternyata berkembang pesat bahkan turun-temurun hingga orang tua Miguel. 

Darah musisi sepertinya telah terpatri dalam diri Miguel. Sebab hanya dia yang memberontak tidak ingin menjadi pembuat sepatu. Bahkan Miguel memberanikan diri untuk mengikuti perlombaan menjelang peringatan Dia de Muertos atau Hari Orang Mati. Terlebih dia sangat mengidolakan Ernesto de la Cruz, musisi sepanjang zaman yang tetap terkenal meski telah meninggal. Sayangnya sang nenek mengetahui hal tersebut dan membanting gitar milik Miguel hingga dia tidak dapat mengikuti perlombaan tersebut. Meski begitu, Miguel tetap bersikeras mengikuti perlombaan tersebut. Dia mencari beberapa orang yang dapat meminjamkannya tetapi tidak ada yang mau. Lalu dia mencari kembali hingga akhirnya teringat jika di makam Ernesto de la Cruz terpajang gitar legendaris milik sang musisi. Dia mendobrak jendela makam tersebut. Namun, keanehan mulai terjadi ketika dia berhasil mengambil gitar Ernesto de la Cruz. Bukan hanya berhasil memetik gitar tersebut, tetapi dia juga dapat menembus Negeri Orang Mati. Nahas, ketika dia dapat memasuki Negeri Orang Mati, dia tidak dapat kembali lagi kecuali mendapat restu dari keluarga yang ada di negeri tersebut. Dalam pencarian restu untuk keluar dari Negeri Orang Mati itulah banyak hal yang perlahan mulai terkuak. Tentang Ernesto de la Cruz yang ternyata seorang pembohong hingga tentang rahasia kakek buyut Miguel yang selama ini menjadi kesalahpahaman di keluarganya. 

Secara keseluruhan film ini terbilang sangat bagus dan memiliki banyak nilai moral. Dari segi sondtrack, lagu Remember Me menjadi lagu yang pas menjadi lagu utama. Apalagi ketika Miguel menyanyikan lagu tersebut untuk Mama Coco. Dari segi cerita film ini mengangkat konflik yang begitu dekat dengan penonton yaitu mimpi dan keluarga. Pun dibalut dengan latar belakang budaya Mexico yang gemar bermain musik dan menaruh foto keluarga di ofrenda (altar persembahan untuk para arwah). Sebab mereka percaya jika mereka menaruh foto arwah keluarga di ofrenda, arwah mereka akan datang ketika peringatan Hari Orang Mati tiba. Dari situ dapat terlihat kalau keluarga menjadi hal yang terpenting. Sekaligus akan menjadi rumit ketika impian tidak sesuai dengan kehendak keluarga. Itu juga lah yang dirasakan oleh Miguel ketika keinginan menjadi musisi ditentang keras oleh keluarga. Akan tetapi, perjuangan Miguel yang begitu keras untuk meraih impiannya memang patut dicontoh. Terlebih ketika ingin mendapat restu menjadi musisi dari Ernesto de la Cruz, dia menyadari bahwa dia harus membuktikan dirinya pantas menjadi musisi. Selain itu, perkataan Miguel kepada Mama Imelda bahwa keluarga seharusnya menjadi pendukung itu memang benar adanya. Bahwa keluarga berperan penting untuk mendukung setiap anggotanya, bukan malah menjatuhkan. Walau di menit-menit selanjutnya, sebuah kejadian membuat Miguel berpikir sebaliknya, dia menyesal bersikeras menjadi musisi. Namun, pada akhirnya batu akan terkikis jika terus ditetesi air. Dan perjuangan keras akan selalu membuahkan hasil yang terbaik. 

Sayangnya, di balik hal positif tentang Coco, hal yang cukup mengganggu adalah ketika film Olaf's Frozen Adventure diputar sebelum film Coco diputar. Sempat terbesit "apakah aku salah nonton film?"  ketika yang muncul justru Olaf, Elsa, Anna, dan Kristoff. Namun, kabarnya. Jumat (7 Desember) besok, film Olaf's Frozen Adventure tidak lagi diputar sebelum film Coco. 

No comments:

Powered by Blogger.