Story Blog Tour: Pengagum Rahasia

Tuesday, May 17, 2016


Perpustakaan Pusat ini selalu menjadi tempat pelarian paling menyenangkan bagiku. Di sini, aku dapat leluasa untuk menikmati waktu berdua dengan laptop kesayanganku. Mengerjakan tugas dengan tenang tanpa ada yang bertanya atau memintaku menunggu. Hanya aku sendiri dan laptop kesayanganku, walau terkadang aku pun merasa begitu kesepian.

Sejenak aku berhenti mengetik. Kuarahkan pandanganku ke luar jendela. Dari lantai 2 ini aku dapat melihat dengan jelas orang-orang yang berlalu-lalang, masuk-keluar perpustakaan, duduk di bawah meja berpayung. Dan tentu saja aku dapat melihatnya. Dia? Aku seringkali terkekeh mengapa aku dapat mengaguminya. 

Tahun ini, aku memasuki tahun ketiga berkuliah di kampus kerakyatan ini. Hampir tiga tahun itu pula aku mengagumi sosoknya. Sesosok laki-laki yang entah mengapa langsung membuatku takjub di pertemuan pertama. Dan beberapa pertemuan setelahnya. Apalagi kalau bukan karena kebiasaannya yang religius. Dan juga karena perilakunya yang terlihat begitu kalem dan cool

Tahun berganti, aku semakin tahu kalau dia tidak sekalem yang kulihat dulu. Sifat aslinya sudah mulai tampak. Begitu konyol, slengean, dan tidak ada sisi kalemnya sama sekali. Hingga terkadang membuatku geli sendiri karenanya.

Tanpa kusadari senyum merekah dari bibirku saat mengingatnya. "Woy, woy." Samar-samar kudengar suara orang memanggilku dari luar jendela. Aku terkesiap begitu menyadari dia yang memanggilku. Wajahku tiba-tiba saja memerah, senyumku langsung kukulum. Namun, aku berusaha se-biasa mungkin saat melihatnya. Lalu aku pun membalas lambaian tangannya. Dia tersenyum padaku, begitu manis. Namun, kubalas dengan senyum canggungku. Beberapa saat kemudian dia berlalu, melenggang pergi menuju tempat parkir. Meninggalkanku yang masih menatapnya. 

Laki-laki itu kini hanya dapat kutatap dari kejauhan. Dari pertama kali aku melihatnya gaya pakaiannya selalu sama, tidak pernah lepas dari batik. Salah satu alasan mengapa aku mengaguminya. Senyumku kembali merekah saat menatapnya dari kejauhan yang semakin lama semakin hilang dari pandanganku.

***

Siang ini, seperti biasa kantin kampus begitu ramai. Aku celingukan ke sana ke mari mencari kursi yang kosong. Beruntung kursi yang berada di sudut kantin ini masih menyisakan satu untukku. 

"Ran...Ran...Ran..." Tala, teman karibku tiba-tiba saja menghampiriku. Napasnya terdengar begitu tersengal, seperti orang yang sedang dikejar setan. 

"Kenapa sih Tal? Sampai keringetan gitu nyariin aku," kataku setengah ge-er. 

Tala mendengus sebal. "Apaan sih?" 

"Eh, jangan nyomot es jerukku," kataku begitu kesal saat Tala tiba-tiba menarik es jerukku. Namun, dia malah cengar-cengir menanggapi omelanku. 

"Ada apaan sih?" kataku begitu penasaran sekaligus curiga. Karena biasanya Tala menghampiriku sampai ngos-ngosan karena ada maunya. 

"Tapi jangan kaget ya Ran?"

Aku mengangguk.

"Beneran loh ini..."

Aku mengangguk-anggukan kepalaku lagi. "Iye, iye Tala."

"Kamu tahu nggak...?"

"Apa?" Kepalaku lebih kudekatkan lagi dengan Tala agar dapat mendengar suaranya.

"Ternyata..."

"Apa?" Kupasang telingaku lebih lebar, jantungku berdegup begitu penasaran. 

"Ternyata aku nggak bawa dompet. Pinjemin aku duit dong Rana..." katanya merengek. Wajahnya begitu memelas. Seketika rasa penasaranku pecah, berganti kesal. Sekejap kemudian tawa Tala pecah, begitu puas mengerjaiku, membuatku penasaran. 

"Nggak lucu Tal." Lagi-lagi Tala hanya cengar-cengir menanggapi omelanku. 

"Maaf Rana-ku, bukan itu yang pengen aku omongin. Tapi yang ini aku serius Ran, nggak becanda."

Aku melirik Tala tajam, tidak percaya dengan apa yang akan dikatakannya. Namun, wajahnya terlihat memohon agar aku mau mendengarnya. 

"Ya udah, apa?"

"Kamu masih mengagumi Ardit?" 

Aku mengangguk. "Iya, kenapa Tal?"

"Tahu nggak, kemaren aku lihat dia di alun-alun kota, pergi berdua sama seorang perempuan. P-e-r-e-m-p-u-a-n Ran!"

Aku tersontak kaget, begitu tidak percaya. Terlebih karena aku tahu dia tidak mau bersentuhan dengan perempuan. "Seriusan Tal? Nggak lagi becanda kan ini?" Tala mengangguk mantap, membuatku percaya dengan apa yang dikatakannya. Seketika aku merasa ada yang runtuh, begitu sesak.

***

Hallo, setelah MSBT (Movie Story Blog Tour) sukses dilakukan. Kini OWOP kembali mengadakan Story Blog Tour. Dan kali ini saya, Apriastiana Dian Fikroti, mendapatkan kesempatan pertama mengawali kisah iniSo, stay tune!






2 comments:

Powered by Blogger.