Mempersiapkan Penyapihan dengan Ilmu, Iman, dan Cinta

Friday, September 18, 2020



Setelah dua tahun menyusui, tibalah seorang bayi akan melewati masa penyapihan. Sebuah masa yang katanya penuh drama, baik bagi ibu, maupun bagi sang anak. Bahkan tidak jarang ada sebagian yang memakai "trik menipu" agar sang anak dapat tersapih. Bagaimana tidak, setelah dua tahun mendapatkan "kenyamanan", tiba-tiba "kenyamanan" itu tidak lagi bisa dirasakan bayi. Maka, masa penyapihan perlu dipersiapkan dari jauh-jauh hari. Tidak tiba-tiba dilakukan hari itu tanpa persiapan apapun. Apalagi masa menyapih juga termasuk perintah agama setelah kita, para ibu, menunaikan tugas dan kewajiban menyusui selama dua tahun.


Alhamdulillah, tanggal 28 Juli lalu sempat mengikuti kuliah Zoom yang diadakan oleh yayasan pendidikan Alquran-nya mba @sheila.muria dan diisi oleh mba @amandakurniasih, fasilitatornya @happysupportgrup3. Meski Umar insyaaLlah masih sekitar 7-8 bulan lagi untuk disapih, tetapi dari sekarang harus belajar dan mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk menyapih. Dalam kuliah Zoom tersebut, ada enam pembahasan utama, yaitu fakta-fakta penyapihan, alasan-alasan penyapihan, kapan dan mengapa menyapih, proses penyapihan, masalah payudara setelah menyapih, dan susu tambahan setelah penyapihan.


Dalam penyapihan, ada beberapa poin terkait fakta-fakta dalam menyapih. Pertama, semakin kokoh persiapan menyapih, semakin kuat kesiapan anak untuk disapih. Maka, dari beberapa sebelum masa penyapihan tiba, kita harus memberi tahu dan menjelaskannya kepada anak. Kedua, menyusui di atas satu tahun tetap memiliki banyak manfaat terutama sebagai proteksi daya tahan tubuh anak atau meningkatkan imunitas. Ketiga, menyusui di atas satu tahun tidak membuat anak manja. Sebaliknya, dapat meningkatkan bonding, kedekatan, rasa nyaman pada anak, bahkan anak siap untuk lebih mandiri ketika sudah saatnya. Sebab, usia dua tahun memang belum waktunya untuk mandiri. Lalu keempat, menyusui di atas satu tahun mungkin bisa membuat susah makan jika tidak diatur. Sebab, ketika anak sudah kenyang menyusu, maka dia tidak akan mau makan. Padahal ASI bagi anak usia lebih dari satu tahun, hanya dapat mencukupi 30% kebutuhan nutrisinya.


Ada beberapa kondisi yang menjadi alasan penyapihan. Pertama, bayi susah makan karena sering menyusu. Kedua, ibu hamil, terutama ketika mengalami nyeri atau flek. Ketiga, ibu melahirkan karena fokus ke adik yang baru lahir. Keempat, masalah payudara dan trauma menyusui, seperti mastitis (peradangan jaringan payudara). Kelima, ibu sakit atau mengonsumsi obat tertentu, seperti sakit kanker. Keenam, bayi menyapih sendiri, biasanya terjadi pada ibu yang bekerja. Ketujuh, menyapih yang direncanakan.


Lalu, mengapa dan kapan sebaiknya menyapih? Kita melakukan penyapihan agar dapat menyempurnakan perintah Allah untuk menyusui anak hingga usia dua tahun, seperti yang tertera dalam surat Al-Baqarah ayat 233. Pun waktu paling utama untuk menyapih yaitu ketika anak berusia dua tahun hijriyah. Sementara itu, dari segi medis, WHO dan IDAI juga merekomendasikan untuk menyusui anak hingga dua tahun atau lebih. Ada tiga alasan mengapa harus dua tahun. Pertama, dapat menurunkan risiko kegemukan dan obesitas. Kedua, dapat mencegah atau memiliki efek perlindungan terjadinya Diabetes tipe 2. Apalagi saat ini banyak remaja yang mengalami Diabetes tipe 2 karena pemberian susu formula yang berlebihan ketika bayi. Ketiga, dapat meningkatkan kecerdasan sampai 3,5 poin di atas rata-rata dan menambah poin tes IQ sampai 2,9 poin.


Selanjutnya, menurut mbak Manda, ada beberapa prinsip dalam proses penyapihan. Pertama, di atas satu tahun dianjurkan sudah menerapkan metode infant led weaning atau tidak menolak payudara, tetapi juga tidak menawarkan jika bayi tidak tertarik. Kedua, pasang target menyapih dengan ilmu karena jika tidak dengan ilmu maka akan salah-salah. Pun ilmu sangat berkaitan dengan iman. Jika ilmunya salah, imannya pasti salah. Sebab, iman itu merupakan hasil dari ilmu. Ketiga, tidak menyusu lagi adalah masalah besar bagi anak umur 0-2 tahun. Pun berat bagi ibu karena masa menyusui menjadi masa ketika ibu merasa satu-satunya yang paling dibutuhkan dan dicintai. Jadi, penyapihan tidak hanya berat bagi anak, tetapi juga bagi ibu. Maka, kita harus menerima perasaannya, mendampingi prosesnya sepatah hati apapun penyapihan nanti, tetapi kita tetap harus menepati kesepakatan yang sudah dibuat. Dalam menepati kesepakatan tersebut harus melibatkan dengan suami.


Keempat, meyakinkan anak bahwa banyak ekspresi cinta yang tetap dan selalu didapatkan meski sudah tidak menyusu lagi. Maka, kita harus mengenalkan sedini mungkin bahwa kita mencintai anak tidak hanya dengan menyusu. Sementara menyapih merupakan pintu naik level untuk mengenalkan pada anak tentang banyaknya ekspresi cinta kita kepadanya. Kelima, jujur dalam segala kondisi, bukan hanya dalam penyapihan, tetapi juga dalam semua proses pengasuhan. Sebab, kejujuran tidak hanya berdampak jangka pendek. Dan dalam penyapihan bukan hanya dilihat dari keberhasilan menyapih saat 2 tahun hijriyah, tetapi juga prosesnya. Maka, dalam menyapih tidak boleh dilakukan dengan menipu. Keenam, persiapan dari ibu dan bayi karena memiliki ikatan batin yang kuat dan saling memengaruhi sehingga dalam menyapih harus ada prosesnya, tidak bisa dadakan. Dengan demikian, menyapih itu sebaiknya tidak alihkan tanpa penjelasan, tidak diabaikan tapi dijelaskan, tidak dimanipulasi tapi dipaparkan fakta, serta bukan diasingkan tetapi ditemani.


Setelah mengetahui prinsip-prinsip dalam proses penyapihan, yang selanjutnya akan dibahas yaitu tahapannya. Menurut mbak Manda, ada tiga tahapan dalam proses penyapihan, yaitu persiapan, proses, dan menyapih (hasilnya). Dalam tahap persiapan, bisa dimulai pada usia satu tahun dan tidak lebih dari 18 bulan. Hal pertama yang harus dipersiapkan adalah ibu dan ayah belajar tentang penyapihan. Kedua, mulai infant led weaning. Ketiga, menjelaskan kepada anak tentang penyapihan dengan berbagai media. Seperti membacakan buku tentang penyapihan yang tidak ada unsur kebohongannya serta menasehati saat menyusui. Sebab, saat menyusui adalah momen ternyaman seorang anak sehingga otaknya mudah untuk menerima nasehat. Hal-hal yang perlu dijelaskan yaitu kapan menyapih (contohnya: nanti kalau kakak sudah dua tahun hijriyah, waktunya disapih ya?), apa itu menyapih (contohnya: disapih itu kakak sudah tidak menyusu lagi, tidak nenen lagi), mengapa harus disapih (contohnya: soalnya, Allah memerintahkan Bunda untuk menyusui sampai masa penyapihan atau 2 tahun), kapan 2 tahun (contoh: mengajarkan nama-nama bulan hijriyah dan sebutkan kapan bulan disapihnya), ajarkan fakta tetapi tidak boleh standard ganda (contoh: saat mau menyapih, bilang anak sudah besar, tetapi lain waktu tidak memperbolehkan anak makan pedas karena dianggap masih kecil), ajarkan solusi (contoh: saat haus=minum air putih, saat lapar=makan, saat ngantuk=tidur, ingin pup/pipis=ke kamar mandi).


Ternyata ada beberapa keuntungan di balik alasan menyapih harus ada prosesnya, alias tidak mendadak. Bagi anak, menyapih tidak mendadak dapat membuat anak lebih siap untuk menjalani proses penyapihan serta mengurangi risiko tantrum dan stres pada anak. Lalu bagi ibu, penyapihan tidak mendadak ternyata membuat ibu untuk meyakinkan dan menyiapkan diri sendiri sebelum masa penyapihan tiba, serta mengurangi risiko mastitis atau abses payudara. Selain itu, bagi ibu dan anak, menyapih yang tidak mendadak dapat membuat ikatan kedekatan tetap terjaga erat serta tidak ada yang merasa tidak dicintai lagi.

Setelah mempersiapkan hal-hal penting untuk penyapihan, tahapan selanjutnya yang harus dilewati adalah proses menyapih itu sendiri. Pertama, melanjutkan penjelasan pada proses persiapan. Contoh frekuensi penjelasan, 18 bulan=2 pekan sekali, 20 bulan=1 pekan sekali, 23 bulan= 1 hari sekali. Semakin kita sering memberikan penjelasan, anak juga akan semakin gencar untuk menyusu. Kedua, menurunkan frekuensi menyusui secara bertahap. Contoh tahapan penurunan frekuensi, 18 bulan= metode infant led weaning, 22 bulan=menyapih bertahap di siang/malam hari dengan kesepakatan, 23 bulan=menyapih bertahap waktu-waktu tertentu. Jika payudara terasa penuh dan tidak disusukan, maka harus diperah, tetapi memerahnya sampai batas nyaman atau tidak penuh dan usahakan tidak sampai kosong.


Ketiga, ubah kebiasaan menyusui dengan kesepakatan. Seperti, menawarkan jadi tidak menawarkan, boleh menyusu kapan saja menjadi boleh menyusu saat mau tidur (misalnya), boleh menyusu di mana saja menjadi boleh menyusu hanya di kamar (misalnya). Lalu bagaimana cara membuat kesepakatan dengan anak? Pertama, memberikan nasihat saat ternyaman anak, yaitu ketika anak tidak ngantuk atau tidak lapar. Salah satunya saat proses menyusui. Kedua, mengatakan dengan jelas, singkat, dan ingatkan dengan lembut. Ketiga, memastikan bersepakat dengan saling mempertahankan kontak mata karena itu menandakan persetujuan. Keempat, menjalankan kesepakatan dengan tegas namun lembut. Misalnya saat anak menangis, kita jangan langsung menyusuinya. Namun, kita jelaskan mengapa tidak boleh menyusu sembari meminta maaf kepadanya. Jika setelah dijelaskan tetap menangis, kita terus meminta maaf sembari terus menemaninya. Setelah tangisnya reda, peluk anak kita dan terus menasihatinya. Bagaimana cara menunda melakukan infant led weaning? Cara melakukannya bukan dengan ketidakjelaskan seperti mengucap “nanti ya” atau “sebentar ya”. Namun, kita bisa mengubahnya dengan kalimat “bagaimana kalau kita main ini dulu karena sekarang belum waktunya menyusu”.


Lalu, tahap penyapihan keempat, mengubah kebiasaan tidur secara bertahap yaitu mengubah bedtime routine (hilangkan menyusui secara bertahap) dua bulan sebelum masa penyapihan, seperti sekali menyusui saat malam hari dan tidur sampai pagi tanpa menyusui atau menyusui hanya lima menit. Serta membiarkan tidur dengan meneruskan adab tidur (dzikir sebelum tidur, murojaah) dan suara menenangkan seperti sssttt/pukpuk. Mbak Manda mengingatkan bahwa sebelum hari H penyapihan, masih bersifat fleksibel sesuai kesepakatan dan bisa dinegosiasi dengan konsekuensi atau syarat.


Selanjutnya, tahap ketiga dalam proses penyapihan yaitu menyapih yang lebih diintenskan pada H-7 penyapihan sampai hari H penyapihan. Pada H-7, H-3, H-2, dan H-1 ingatkan dan jelaskan lebih sering. Saat tanggal penyapihan tiba, harus berhenti total dengan tegas dan lembut. Hal yang kita lakukan saat itu adalah memahami dan menerima perasaannya, bersabar dengan rengekan (biasanya muncul saat mau tidur), dan tidak perlu memberikan pengganti khusus, seperti boneka, selimut, atau rambut ibunya. Lalu kapan waktu maksimal menyusui? Dari sisi Psikologi, menyusui maksimal sampai usia 3 tahun. Jika lebih dari tiga tahun dapat mengganggu kemandirian anak sehingga terlalu bergantung pada ibunya serta kurangnya daya juang. Setelah masa penyapihan, biasanya ada beberapa masalah payudara yang biasanya akan dialami ibu-bu, seperti bengkak, mastitis, dan abses. Namun, hal tersebut dapat dicegah dengan memerah saat payudara terasa penuh sampai sebatas nyaman. Jangan sampai kosong atau kempes.


Setelah masa penyapihan, apakah seorang anak masih memerlukan susu tambahan? Kata mbak Manda, jika asupan harian belum memenuhi kebutuhan anak, maka sebaiknya minum susu. Namun, jika kebutuhan anak sudah terpenuhi dari asupan hariannya, maka tidak wajib untuk memberikan susu. Ada beberapa alasan mengapa susu penting diberikan setelah anak disapih. Pertama, memenuhi kebutuhan kalsium harian anak, seperti usia 1-3 tahun 700mg, 4-8 tahun 1.000mg, dan 9-18 tahun 1.300mg. Kedua, memenuhi kebutuhan kalori, protein, IGF1 (pertumbuhan tulang), fosfor, magnesium, iodin, potasium, zat besi, zinc, dan vitamin D. Ketiga, tinggi saat dewasa sangat berkolerasi dengan kebiasaan minum susu saat anak-anak. Jika susu yang dikonsumsi tidak lebih dari 400-600 cc/hari, maka tidak membuat obesitas dan penurunan nafsu makan.


Ada dua jenis susu, yaitu cow milk (contohnya: susu pasteurisasi dan harus dikulkaskan, susu steril dan tidak harus di kulkas, susu steril UHT) dan growing up milk (contohnya: susu formula atau susu terfortifikasi). Cow milk diperlukan ketika kebutuhan zat besi anak sudah cukup terpenuhi dari sumber makanan harian dan status gizi baik. Sementara growing up milk diperlukan ketika kebutuhan zat besi anak belum cukup terpenuhi dari sumber makanan harian dan status gizi bermasalah. Namun, untuk menentukan ingin mengonsumsi cow milk atau growing up milk, harus dikonsultasikan dulu ke dokter. Jika anak rutin minum susu, maka kesehatan tulangnya saat dewasa bagus dan keseimbangan saat lansia juga bagus. Sebaliknya, jika anak tidak rutin minum susu, maka level kalsium rendah, kesehatan tulang buruk, gigi gampang patah atau keropos, mudah osteoporosis.


Sumber: Kuliah WhatsApp Tahqiq & Healthcare Pedia "Menyapih dengan Ilmu dan Iman: Seri Menyapih Sang Buah Hati" bersama Amanda Kurniasih pada tanggal 28 Juli 2020





No comments:

Powered by Blogger.