Ternyata Seperti Ini, Cara Rasulullah Berdialog dengan Anak

Saturday, June 12, 2021



Kamis pekan lalu, aku sempat mengikuti webinarnya @growtheseed tentang bagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berkomunikasi dengan anak (baik secara verbal maupun non verbal) yang dibersamai oleh Ustadz @herfi_g_faizi. Sebelum menjelaskan tentang materi, Ustadz Herfi mengawali dengan membahas urgensi berkomunikasi dengan anak yang dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Suatu ketika, Abu Bakar ash-Shidiq pernah bertanya sekaligus memuji tentang cara berkomunikasi Rasulullah shalallahu alaihi wasallam yang begitu bagus, sangat jelas, mudah dipahami, dan bahasanya sangat indah. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pun menjawab bahwa hal tersebut karena sewaktu bayi disusui oleh Halimah Sa'diyah, ibu asuhnya di perkampungan Bani Saad. Sebuah perkampungan yang memang dikenal memiliki bahasa Arab bagus.

Dari situ, kita tahu bahwa berkomunikasi dengan anak sangatlah penting, terutama ketika anak masih berusia 0-5 tahun. Kalau sedari kecil tidak dibiasakan untuk berkomunikasi dengan anak, maka anak akan tumbuh kecanggungan ketika akan mengomunikasikan perasaan dan hal-hal yang ingin dilakukannya. Kata Ustadz Herfi, ketika seorang anak mampu berkomunikasi dengan baik, maka dia cenderung dapat mengontrol emosinya. Namun, apa yang sebenarnya dimaksud dengan "berkomunikasi dengan baik" itu?

Ustadz Herfi menyampaikan bahwa ada dua syarat komunikasi yang baik. Pertama, fasih, maksudnya pilihan kata dan susunan kalimat harus sesuai dengan kaidah bahasa. Kedua, harus baligh, maksudnya yaitu pesannya harus sampai kepada oleh anak atau lawan bicara. Keduanya sangat penting dan tidak boleh diabaikan salah satunya. Kata Ustadz Herfi, "jangan sampai bagus tapi tidak sampai, jangan asal sampai tapi menyampingkan sisi-sisi keindahan (berbahasa)."

Lalu bagaimana cara Rasulullah shalallahu alaihi wasallam berdialog dengan anak? Setidaknya ada tiga hadits yang menjadi contoh bagaimana Rasulullah shallahu alaihi wasallam berkomunikasi dengan anak. Pertama, menghargai hak anak, pun jika ingin mengambil hak anak, kita harus berbicara dengan baik. Seperti yang dicontohkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ketika dalam sebuah pertemuan, Beliau diberi tempayan berisi air yang nantinya akan diminum secara bergilir. Lalu ketika giliran Beliau meminum dari panci tersebut, ternyata samping kanan Beliau adalah anak kecil dan samping kiri adalah orang sepuh.

Beliau begitu dilema karena menyukai untuk mendahulukan sesuatu dari kanan. Namun, kalau Beliau menggilir ke kanan berarti dia menjalankan sunah, sementara kalau ke kiri berarti mementingkan etika. Padahal sunah itu di atas etika. Akhirnya, Beliau meminta izin kepada anak tersebut, "apakah engkau mengizinkanku untuk memberikan ini (tempayan) kepada orang yang sudah tua?" Dari kejadian tersebut, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mencontohkan bahwa ketika ingin berbicara kepada anak, apalagi mengambil haknya, kita harus bertutur kata yang baik. Efeknya, anak menjadi mudah untuk menghargai hak orang lain.

Cara kedua yaitu, tidak langsung menegur pada poin yang ingin kita tegur, tetapi dengan memberikan apresiasi terlebih dahulu. Seperti yang dicontohkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ketika sedang makan bersama Ummu Salamah dan Umar bin Abi Salamah, anak sambungnya. Umar bin Abi Salamah yang saat itu masih kecil mengambil satu per satu makanan yang ada di semua piring. Melihat itu, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam memanggil nama Umar bin Abi Salamah lalu menjelaskan panduan makan yang baik. Sekaligus Beliau memuji kebaikan yang telah dilakukan Umar bin Abi Salamah, yaitu telah membaca basmalah dan menggunakan tangan kanan. Setelahnya baru Beliau menyampaikan kepada Umar bin Abi Salamah bahwa saat makan harus mengambil dari yang terdekat.

Cara ketiga yaitu, berbicara dengan anak jangan panjang-panjang dan menggunakan kalimat yang berima atau enak didengar anak. Seperti "...ÙŠَا غُلاَÙ…ُ سَÙ…ِّ اللَّÙ‡َ ، ÙˆَÙƒُÙ„ْ بِÙŠَÙ…ِينِÙƒَ ÙˆَÙƒُÙ„ْ Ù…ِÙ…َّا ÙŠَÙ„ِيكَ" (Wahai Ghulam, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu). Dari kalimat tersebut, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mencontohkan untuk menggunakan kalimat yang indah dan pesannya tersampaikan karena kalimatnya pendek-pendek. Ketika anak dididik dengan komunikasi yang seperti itu, maka dia akan tumbuh menjadi orang yang menyukai keindahan bahasa.

Dari ketiga cara tersebut, Ustadz Herfi menyimpulkan bahwa dalam berdialog dengan anak harus memanggil terlebih dahulu, seperti yaa ghulam atau namanya. Tujuannya tentu supaya anak tahu bahwa kita akan berbicara dengannya. Setelah itu menggunakan kalimat yang pendek-pendek, tujuannya agar anak lebih mencerna dengan baik. Pun tanda koma dalam setiap kalimat yang kita sampaikan menjadi jeda agar otak dan hatinya bisa mencernanya dengan baik. Selain itu, menggunakan kalimat berima, tujuannya agar kalimat tersebut enak didengar dan mudah diingat oleh anak.

No comments:

Powered by Blogger.