Mengenalkan Alquran Sejak Dini

Saturday, March 06, 2021





Dulu, sewaktu hamil, aku pernah mendengarkan beberapa kajian yang memiliki benang merah sama, yaitu mengenalkan alquran bisa dilakukan sejak dini, bahkan ketika anak masih dalam kandungan. Caranya tentu saja dengan membacakan Alquran atau diperdengarkan murotal. Mengapa demikian? Sebab, setelah kandungan sudah memasuki usia empat bulan, janin sudah dapat mendengarkan suara di sekitarnya. Maka, daripada memperdengarkan musik klasik, lebih baik memperdengarkan ayat-ayat Alquran.


Selain itu, ada beberapa hal yang membuat Alquran menjadi penting untuk dikenalkan kepada anak. Pertama, mengimani Alquran termasuk dalam rukun iman ketiga. Kedua, Alquran adalah sumber ilmu yang tidak lekang oleh waktu. Ketiga, Alquran adalah pedoman hidup agar kita selamat di dunia maupun akhirat. Keempat, Alquran dapat memberikan syafaat kepada kita. Begitu pentingnya Alquran, sangat disayangkan jika orang tua tidak mengenalkan Alquran sejak dini. Apalagi banyak nilai-nilai Alquran yang dapat diterapkan dalam mendidik anak dan ditanamkan kepada anak.


Lalu, bagaimana mengenalkan Alquran sejak dini? Pertama, tentu saja dimulai dari kita, orang tuanya. Caranya dengan membacakan Alquran di dekat anak. Kedua, memperdengarkan ayat-ayat Alquran melalui murotal. Tujuannya agar anak terbiasa mendengarkan ayat-ayat Alquran dan "ngeh" kalau ada Alquran.


Ketiga, melalui buku, salah satunya buku "Al-Quran dan Semestaku Jilid 1". Dalam buku tersebut anak dikenalkan bahwa banyak peristiwa di alam semesta ini yang ternyata ada di dalam Alquran. Seperti tentang air, hujan, petir, bintang yang di dalam buku tersebut diberikan penggalan ayatnya. Mau tidak mau, kita pun ikut membacakan ayat tersebut kepada anak. Bahkan, secara tidak langsung kita bisa hafal ayat tersebut karena sering membacakannya.


Buku "Al-Quran dan Semestaku Jilid 1" ini sebenarnya direkomendasikan untuk usia 3-5 tahun karena pada usia tersebut anak sudah semakin lancar berbicara. Namun, aku telah membacakan buku itu ketika Umar berusia 9 bulan. Dulu, ketika dibacakan buku tersebut, Umar tidak terlalu excited. Mungkin karena belum mengerti. Namun, setelah usia setahun lebih, Umar mulai bertanya tentang gambar-gambar yang ada di dalam buku tersebut. Pun dua bulan terakhir ini, tiap kali ada ayat Alquran, Umar langsung membacanya dengan irama seperti sedang bertilawah. Ketika mendengarkan itu, ada kebahagiaan yang kami rasakan, sekaligus menjadi tantangan bagi kami untuk terus mendekatkan Alquran kepada Umar.


Dalam buku tersebut, ada sebuah kalimat dari Madina, sang tokoh, yang menjadi pengingat tersendiri bagiku. Ketika menjelaskan tentang apa itu Alquran, dia berkata, "Sebagaimana kata ayahku: Alquran itu seperti cahaya lampu yang menerangi langkahku saat berjalan di tengah gelapnya malam." Sebuah hal yang menarik, mengapa ayahnya Madina mengibaratkan Alquran seperti itu. Setelah kupikir-kupikir, rasanya cukup masuk akal juga. Kalau berjalan di goa atau di tempat-tempat yang gelap, tentunya kita membutuhkan senter untuk menuntut langkah kaki kita. Begitupun ketika menjalani kehidupan ini, termasuk dalam mendidik anak, tentu kita membutuhkan pedoman, petunjuk, yang dapat menuntut langkah kaki kita.

No comments:

Powered by Blogger.