Kali Pertama Menaiki Kora-kora

Sunday, November 26, 2017

Selama empat tahun berada di Jogja, baru dua kali aku merasakan euforia Sekaten. Sebuah perayaan  yang diadakan setiap tahun menjelang Hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Dan baru malam ini aku merasakan wahana permainan yang paling terkenal di Sekaten, yaitu Kora-kora. Dari segi bentuknya yang kecil, mungkin kita akan memandang sebelah mata kalau wahana ini tidak memacu adrenalin. Namun, ketika menaikinya, kita akan merasakan sensasi yang luar biasa menegangkan. 

Sebelum menaiki Kora-kora, teman-temanku mengatakan bahwa wahana permainan ini begitu menyeramkan. Ah, aku jadi penasaran bagaimana rasanya menaiki Kora-kora. Setelah beberapa menit aku dan teman-temanku mengantre, kini giliran kami untuk menaiki wahana yang sering disebut pengunjung Sekaten. Aku dan temanku yang perempuan duduk di kursi bagian tengah. Sementara dua temanku yang laki-laki duduk di kursi bagian belakang. 

Satu per satu kursi mulai diisi para pemilik tiket. Beberapa kali petugas wahana permainan Kora-kora mengecek kursi yang tersisa. Setelah memastikan semua pemilik tiket naik ke dalam Kora-kora, petugas tersebut pun mulai menggoyangkan Kora-kora. Aku mengencangkan pegangan di sisi pinggir dan sisi bawah kursi deretanku. Mula-mula Kora-kora melaju pelan, aku masih memberanikan diri untuk melihat ke sekitar. Namun, lama-kelamaan laju Kora-kora semakin cepat. Aku pun segera memejamkan mata. Seketika semuanya terasa gelap. 

Tiba-tiba aku teringat nasihat panitia LMD 188 untuk terus beristighfar. Tanpa perlu berpikir dua kali, aku langsung mempraktekkannya. Lama-kelamaan laju Kora-kora semakin cepat. Pandanganku semakin lama semakin gelap, bahkan begitu pekat. Tanpa perlu membuka mata, aku dapat merasakan sensasi Kora-kora yang digoyang-goyangkan ke kanan dan ke kiri. Semakin lama semakin meninggi. Aku terus mengucap istighfar sebanyak-banyaknya. Tiba-tiba aku merasa malu, karena jarang mengucap istighfar. Justru ketika menaiki Kora-kora aku dapat mengucapnya sebanyak mungkin. Aku jadi berpikir, apakah harus menunggu menaiki wahana permainan yang memacu adrenalin agar dapat mengucap istighfar sebanyak-banyaknya? 

Berbagai teriakan semakin terdengar kencang dari para pemilik tiket ketika Kora-kora ini melaju semakin cepat. Ada yang berteriak dengan kalimat yang kasar, ada pula yang beristighfar. Ketika aku terus mengucap istighfar, aku merasakan bukti kekuatan dari kalimat istighfar. Dari yang awalnya aku merasa begitu ketakutan ketika Kora-kora melaju cepat, lama-kelamaan justru merasa tenang. Bahkan hingga Kora-kora mulai melambat dan berhenti melaju, aku merasakan magisnya kekuatan istighfar yang membuat kakiku tidak terasa gemetar ketika turun dari Kora-kora. 

Catatan: foto diambil ketika Sekaten tahun lalu diselenggarakan

2 comments:

  1. Belum pernah naik kora-kora, dan baru tau itu namanya kora-kora, duh

    Kayaknya seru, eh bentar lagi udah mau tutup sekatennya

    :snow

    ReplyDelete

Powered by Blogger.