Menjadi Orang Tua Era Metaverse

Tuesday, January 11, 2022


Sabtu kemarin, aku mengikuti kajian bulanannya @sakeenafamily tentang "Parenting in Metaverse Era" bersama Kang @canunkamil. Tema yang sangat menarik mengingat beberapa bulan belakangan ini, "metaverse" menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan. Apalagi ketika Facebook mengubah nama perusahaannya menjadi Meta. Seperti yang kita tahu, teknologi terus berkembang dengan cepat. Metaverse menjadi era teknologi yang mutakhir karena menjadikan dunia virtual terasa seperti nyata dengan menggunakan artifial intelligence, augmented reality, dan virtual reality. Bahkan, dengan menggunakan teknologi seperti itu, semua yang dilakukan secara virtual akan terasa seperti di dunia nyata.



Teknologi memang alat yang memudahkan manusia. Namun, teknologi memiliki sisi baik dan buruk untuk manusia. Dalam hal pengasuhan, teknologi memang memudahkan kita, para orang tua untuk menjadikannya sebagai media pembelajaran anak. Namun, di sisi lain, teknologi juga sering membuat kita dan anak-anak kita kecanduan. Apalagi ditambah banyak konten dan iklan yang tidak sesuai dengan nilai keislaman, seperti pornografi, LGBT, kekerasan, dan lainnya. Maka, bisa dibayangkan ketika metaverse sudah menjangkau banyak orang, di satu sisi memang memudahkan, tetapi di sisi lain cukup "berbahaya" bagi kita dan anak-anak kita.





Dalam kajian tersebut, Kang Canun mengingatkan bahwa teknologi hanyalah sebuah tool atau alat yang memudahkan manusia. Namun, jika alat tersebut digunakan tidak dengan seharusnya, berlebihan, atau digunakan anak-anak balita, maka teknologi tersebut tidak lagi menjadi manfaat, malah bisa menimbulkan kemudaratan. Dengan demikian, ketika metaverse sudah menjangkau banyak orang, sebagai orang tua kita perlu memiliki dua prinsip penting. Pertama, siap untuk menjadi orang asing. Ketika kita berpegang teguh pada prinsip yang sesuai syariat Islam, seringkali terasa asing bagi orang lain yang banyak "berpegang teguh" pada prinsip yang kurang sesuai dengan syariat Islam. Kedua, menyiapkan dan meningkatkan maturitas anak.



Lalu, bagaimana menyiapkan dan meningkatkan maturitas anak? Pertama, kenalkan dengan jati diri anak melalui pengenalan terhadap Allah, untuk apa kita hidup, dan tentang hari akhir.


Kedua, memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih dengan konsekuensi melalui dengan pengenalan tentang kehadiran Allah, konsep titipan, serta konsep amalan, pahala, dan pertanggungjawaban. Lalu, ketiga, memahami peta pertumbuhan anak.



No comments:

Powered by Blogger.