Bersyukur Menjadi Istri, Bersyukur Menjadi Ibu

Saturday, October 31, 2020


Setiap kali @mommischology mengadakan Arisan Ilmu, aku serasa seperti ikut belajar, sekaligus diingatkan kembali tentang pengasuhan dan interaksi dengan suami. Seperti di Arisan Ilmu #4 Sabtu dan Ahad lalu bersama bu Elly Risman dan mba Davrina Rianda yang membahas tentang ibu. Apalagi memang di bulan ini, kami mengambil tema surviving motherhood.


Dari bu Elly aku diingatkan banyak hal tentang pengasuhan. Pertama, aku diingatkan bahwa kunci utama dalam mendidik anak ternyata dimulai dari membenahi diriku terlebih dulu. Ada sebuah kalimat dari bu Elly yang membuatku tersindir, yaitu "bagaimana mau menghasilkan umat Rasulullah yang berkualitas, jika ibunya mengalami krisis?"


Kedua, aku diingatkan kembali betapa pentingnya merumuskan tujuan pengasuhan yang seharusnya dilakukan sebelum anak terlahir ke dunia. Padahal banyak orang yang baru merumuskannya setelah menjadi orang tua. Akibatnya, mereka kelimpungan dalam mengasuh anak. Dan tujuan pengasuhan yang sebenarnya bukan hanya menyiapkan anak menjadi akademisi dan pekerja, tetapi juga menyiapkan anak untuk menjadi hamba Allah, calon istri/suami, calon ibu/ayah, profesional/entrepreneur, dan bermanfaat bagi orang banyak.


Ketiga, aku diingatkan bahwa peran suami sangatlah penting dalam pengasuhan. Kalau kata bu Elly, "Tidak mungkin bisa menjalani peran mulia sebagai ibu, jika tidak mendapat dukungan dari suami." Sebab, jika tidak ada dukungan suami, mungkin akan sulit dalam merumuskan tujuan pengasuhan dan hal-hal lainnya terkait anak. Keempat, aku diingatkan untuk terus bersyukur menjadi istri, menjadi ibu, memiliki anak.


Sementara dari mba Davrina, aku diingatkan kembali untuk meniatkan apapun yang kulakukan karena Allah dan untuk Allah. Serta jika ingin melakukan sesuatu harus atas izin suami. Apalagi jika sudah memiliki anak. Selain itu, aku juga diingatkan tentang manajemen waktu sehingga dapat mengelompokkan mana aktivitas yang penting dan mendesak, penting tidak mendesak, tidak penting dan mendesak, serta tidak penting dan tidak mendesak. Hal ini dilakukan agar waktu yang kita miliki efektif dan kita dapat membagi berbagai peran yang dimiliki dengan baik. Kalau kata mba Davrina, "Kita tidak akan pernah menyesal atas setiap waktu yang kita habiskan dengan anak. Kita tidak akan pernah menyesal untuk mendedikasikan waktu kita untuk tumbuh kembang anak."

No comments:

Powered by Blogger.