Tentang Pejuang Jumat, Para Pejuang Pena

Wednesday, November 22, 2017


Balairung Selatan, setahun belakangan ini menjadi tempat yang cukup banyak mengukir kenangan. Khususnya bersama anak-anak FLP Yogyakarta. Mulai dari acara PDKT hingga klub (semacam kelas menulis khusus anggota muda) setiap minggunya. Dan di tempat inilah, tepatnya di bawah payung-payung yang meneduhkan setiap orang yang duduk, aku dipertemukan dengan para Pejuang Jumat. Sekumpulan anak-anak baru FLP Yogyakarta--beserta sang senior yang memandu jalannya klub--di hari Jumat tiap pekannya.

Bertemu dengan mereka, para Pejuang Jumat, merupakan sebuah ketidaksengajaan yang menyenangkan. Pun sedikit banyak mengubah pandanganku tentang dunia menulis beserta teknik-teknik dalam menulis. Apalagi ketika membaca tulisan mereka, entah puisi, cerita pendek, maupun artikel, rasanya tulisanku masih belum sebagus mereka. Terkadang membuatku terpacu untuk lebih baik, tetapi tidak sering pula membuatku merasa minder.

Bertemu dengan mereka, para Pejuang Jumat, mungkin sebuah anugerah yang pernah kumiliki. Selain aktivitas rutin tiap Jumatnya, mereka juga sering mengajak untuk mengikuti lomba menulis. Bukan hanya mengajak, tetapi juga sharing tulisan yang dibuat. Pada sharing ini kami harus siap untuk menerima kritik dan saran atas tulisan yang kami buat. Kalimat yang paling sering muncul yaitu, "Non sense, kalimat ini dibuang aja." Tidak heran jika sharing ini kami sebut dengan pembantaian. Kalimat itu pun sering menjadi bahan becandaan kami jika ada sesi pembantaian kembali di kesempatan berikutnya. Non sense, buang, buang, buang. Namun, dengan adanya sesi pembantaian itu melatih mental agar lebih siap menerima kritik dan saran akan karya yang kami buat. Sebab, jika tidak dilatih, kita akan kaget jika suatu saat karya kita dikritik habis-habisan oleh orang lain. 

Bertemu dengan mereka, para Pejuang Jumat, merupakan hal terindah yang kulalui di tahun terakhir kuliah. Meski kami berbeda karakter, tetapi kami memiliki satu kesukaan yang sama, yaitu menulis. Meski seringkali pembicaraan kami tidak berfaedah, tetapi aku selalu merindukan hari Jumat. Hari ketika aku dapat bertemu kalian. Dan meski sebenarnya periode klub telah habis, tetapi aku senang kami masih tetap dapat melanjutkan klub ini. Ya, walau tidak serutin dulu. Namun, setidaknya dua minggu sekali kami akan bertemu.



Sebagai penutup, aku ingin berterima kasih kepada kalian, para Pejuang Jumat, yang telah mewarnai tahun terakhir kuliahku. Orang-orang keren yang memacuku untuk terus membaca dan menulis. Orang-orang keren yang sering mengingatkanku untuk tidak melanggar pantangan makanan saat makan bersama. Orang-orang keren yang berani berkarya dan siap menerima kritikan.

Terima kasih telah menjadi bagian hidupku, menjadi bagian dalam ceritaku. Terima kasih atas kenangan yang telah dan akan terukir. Dan terima kasih telah datang ke wisudaku!


3 comments:

  1. aaaa titip salam dong rias buat anak Pejuang Jumat. Selamat juga atas wisudanya, ya Rias :")

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, makasih banyak mba Fitri :""") waktu itu udah kusampaikan salamnya :3

      Delete

Powered by Blogger.