Mas-mas Nyebelin
Yogyakarta, 15
April 2014
Hari ini aku dan seorang temanku pergi ke sebuah mal
yang terkenal di Jogja untuk mencari sebuah CD Album milik Greenday. Berkali-kali
kami naik-turun eskalator untuk mencari kios yang menjual CD musik dan film,
tetapi tetap saja tidak ketemu. Akhirnya kami berhenti di sebuah kios roti
karena temanku kelaparan. Setelah membeli roti, kami kembali mencari kios CD
itu. Hingga pada sebuah eskalator di lantai 2—kalau tidak salah—saat kami
berniat untuk menaikinya, kami baru menyadari kalau itu bukan eskalator menuju
lantai atas, melainkan eskalator yang menuju lantai 2. Tiba-tiba terdengar
celetukan dari seorang mas-mas.
“Woy,
mba, mau ke atas pake eskalator itu? Udah naik aja mba. Hahaha”
Lalu kami balik badan saat menyadari ada seseorang
yang memperhatikan. Kami hanya tersenyum canggung dan buru-buru pergi. Kami kembali
menaiki eskalator. Tidak ketemu. Lalu menuruni eskalator, kembali menuju lantai 2. Akhirnya
kami bertanya kepada seorang petugas mal di mana kios CD musik dan film itu. Ternyata
kios CD musik dan film itu berada di lantai paling atas, lantai 4.
Kami berhenti di sebuah tempat tunggu untuk
menyantap roti yang kami beli. Tempat di mana kami bertemu mas-mas yang
menertawakan kami. Saat sedang lahapnya menyantap roti, tiba-tiba datang
seorang lelaki yang sangat kami kenali wajahnya walau hanya bertemu sekali. Ya,
itu mas-mas yang tadi.
“Mau
naik ke atas lagi mba? Hahaha.”
Masih dengan celetukan yang sama dan makin terdengar
garing. Lalu dia meminta izin untuk duduk di sebelah kami. Sambil menggigit
roti, kami pun mengangguk, pertanda setuju.
“Berduaan
aja nih mba?” tanyanya.
Kami tidak menjawab pertanyaannya. Aku hanya
mengangkat sebelah alisku, dan membatin, emang
kenapa mas kalau cuma berdua?
“Kok
gak pergi sama pacarnya mba?” tanyanya lagi.
“Gak
mas.” Jawab temanku.
Aku
tetap diam, tidak tertarik untuk menanggapi.
“Gak
nya nih lagi gak apa emang gak ada pacar? Haha.”
Aku
ikut tertawa.
“Lagi
gak aja mas.” Jawab temanku lagi.
Aku tetap diam, hanya sesekali ikut tertawa. Aku buru-buru
menghabiskan rotiku saat melihat temanku tidak lagi menyantap rotinya.
“Eh,
mba, jangan bunuh diri mba.” katanya saat melihat temanku berdiri di depan
pagar kaca itu.
Aku
menoleh ke kiri.
“Siapa
juga yang mau bunuh diri mas.” Jawab temanku kesal.
Semakin lama mas-mas ini semakin terdengar
menyebalkan. Aku semakin tidak nyaman dan buru-buru ingin pergi dari situ. Aku mencoba
menghabiskan rotiku yang sudah membuatku kenyang. Semakin buru-buru kugigit,
seperti tidak ada habisnya. Setelah berhasil menghabiskan roti, aku berpamitan
kepada mas-mas itu, lantas bergegas pergi.
No comments: